Tarbiyah.online | Siapa diantara kita yang tidak mengharapkan rumah yang tenang, pasangan yang sehaluan, dan anak-anak yang berbakti sebagai buah hati dan cahaya mata?
Tapi tidak semua mampu mendapatkan rumah tangga semacam itu. Sebab konstruksinya bukan semen, batu-bata dan pasir. Bukan pula material mahal yang menjadi assesoris berupa emas pakaian sutera dan kecanggihan elektronik. Melainkan kesediaan setiap individu untuk rela berkorban dan mengalah. Apalagi ayah sebagai pemimpin -notabene punya ego lebih besar- yang harus memikul tanggung jawab dalam memimpin, membimbing, mejadi teladan yang sempurna terhadap seluruh keluarganya.
Mungkin saja diantara kepala keluarga ada yang tidak mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya, tidak sanggup bertindak bijak atau bahka tidak tahu bagimana cara mengatasi problematika dan polemik kehidupan rumah tangga serta tidak menjadi teladan dan menyuguhka pendidikan kepada anak dan istrinya.
Tapi tidak semua mampu mendapatkan rumah tangga semacam itu. Sebab konstruksinya bukan semen, batu-bata dan pasir. Bukan pula material mahal yang menjadi assesoris berupa emas pakaian sutera dan kecanggihan elektronik. Melainkan kesediaan setiap individu untuk rela berkorban dan mengalah. Apalagi ayah sebagai pemimpin -notabene punya ego lebih besar- yang harus memikul tanggung jawab dalam memimpin, membimbing, mejadi teladan yang sempurna terhadap seluruh keluarganya.
Mungkin saja diantara kepala keluarga ada yang tidak mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya, tidak sanggup bertindak bijak atau bahka tidak tahu bagimana cara mengatasi problematika dan polemik kehidupan rumah tangga serta tidak menjadi teladan dan menyuguhka pendidikan kepada anak dan istrinya.
Diantara sebanyak jumlah kepala keluarga, satulah yang paling
sempurna keteladanannya. Imam Tirmidi dan Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits
tentang seorang laki-laki teladan dalam keluarga.
Ia pernah berkata menasihati sahabat-sahabatnnya,"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan akulah yang terbaik terhadap keluarga ku." Dia lah Muhammad SAw, sang teladan di segala bidang kehidupan, karena Tuhan sendiri yang menyatakan dalam firmannya Surat Ahzab ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul suri teladan yang indah bagi orang yang memenda harap kepada Allah dan hari kiamat dan banyak memngingat Allah."
Ia pernah berkata menasihati sahabat-sahabatnnya,"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan akulah yang terbaik terhadap keluarga ku." Dia lah Muhammad SAw, sang teladan di segala bidang kehidupan, karena Tuhan sendiri yang menyatakan dalam firmannya Surat Ahzab ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul suri teladan yang indah bagi orang yang memenda harap kepada Allah dan hari kiamat dan banyak memngingat Allah."
Sebagai teladan yang sempurna, Muhammad memperistri banyak
perempuan-perempuan shalihah dengan bermacam latar belakang dan watak serta
ragam perbedaan umurnya. Dengan beristrikan janda, ia mampu menjukkan sikap
teladan. Beristrikan wanita kaya raya, ia memperlihatkan kebijaksanaan
mengelola harta. Beristrikan mantan budak, ia mencontohkan bagaimana seharusnya
laki-laki memuliakan wanita. Beristrikan remaja, ia pun menampakkan sikap bijak
menghadapi istri yang emosinya masih sering meluap.
Keteledanan yang ditampilkan tanpa celah, kecuali di mata segelinir
orangt yang kerjaannya memang untuk mencari salah. Keluarga yang ia bentuk
berjalan terjal, berbagai masalah menghadang, namun dengan sigap ia tampil
mencari solusi.
Hebatnya, ketika ia harus keras dan tampak marah, ia mengambil
sikap marah. Namun kerasnya tak pernah diikuti pecut. Tangannya tetap “terikat”
tak lepas landas ke atas anak dan istri-istrinya. Tak ada umpatan dan hinaan
yang melukai perasaan. Tak lama marahnya, langsung berdamai, sikapnya kembali
lunak dan lembut penuh kasih sayang. Sikap profesional dan proporsional yang
wajib diteladani.
Rumah Muhammad adalah rumah yang sakinah, penuh cinta dan berlimpah
rahmah. Semua merasakannya, istri dan anaknya, budak dan pembanyunya, hingga
tamu dan siapa pun yang datang ke rumahnya. Karena telah benar firman Allah “Dan
tidaklah Kami utus Engkau (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi semesta
alam”.
Dia lah nabi kita, contoh terbaik dan teragung. Sungguh setiap yag
ada pada dirinya adalah keagungan. Kita yang mengaku diri sebagai umatnya,
harus malu jika pengakuan kita kosong, karena tak mengenalnya kecuali sedikit
sahaja. Sungguh tak patut bagi seseorang mengaku dirinya pecinta, sedang ia tak
mengenal kepada yang dicintanya.
Di kesempatan lain, kita akan tuliskan beberapa pelajaran indah
yang diajarkan Nabi Muhammad kepada kita melalui keteladanannya bersama
Istrinya.