Tarbiyah.online | Setelah dilahirkan Nabi mulia Muhammad SAW disusui oleh Tsuwaibah, namun tak lama, datang sekelompok bani Sa’ad untuk mencari anak-anak yang baru lahir untuk menawarkan jasa penyusuan (sebagaimana tradisi Arab saat itu).
Halimah binti Abu Dzu’aib salah satunya. Ia datang dari pedalaman ke Mekkah untuk mencari anak yang bisa disusuinya dengan upah. Dari kampung, ia datang bersama suaminya dan seekor keledai yang menjadi tunggangannya, berharap mendapat seorang anak dari pemuka Mekkah agar ikut mendapatkan upah yang besar. Namun, nasibnya berkata lain, ia malah mendapatkan seorang anak yatim yang keluarganya tidak memiliki kekayaan berarti. Itulah Muhammad.
Ia pun menerima Muhammad kecil
untuk disusuinya, daripada harus pulang dengan tangan kososng,karena tak
mendapati seorang anak pun. Seketika ia menerima dan menggendong sang anak,
jiwanya pun tertarik seolah tak ingin melepasnya meski sebentar. Langsung rasa
cinta yang begitu besar menghujam jiwanya. Demikian juga dengan suaminya.
Disaat itu juga keajaiban dialama oleh Halimah bersama suaminya secara
bersamaan. Unta tunggangannya yang terlihat lemas, menjadi semangat dan kuat
menanggung beban bawaan. Berikut juga salah salah satu bagian tubuh Halimah
yang sebelumnya kurang baik, kini tumbuh sebagaimana mestinya. Muhammad kecil
pun dibawa hingga sampai ke pedalaman bani Sa’ad. Saat itu, perkampungan Bani
Sa’ad sedang ditimpa kekeringan, ajaibnya, Halimah kembali bersama Muhammad kecil,
keberkahan diterima oleh Bani Sa’ad pada umumnya dan keluarga Halimah secara
khususnya. Bahkan ambing susu unta milik halimah yang sudah tua dan telah
berhenti menghasilkan susupun ikut kembali memproduksi susu.
Muhammad kecil tumbuh bersama
keluarga Halimah bersama adik-adiknya dan saudarinya yang lebih tua bernama
Syaima’. Sebagaimana kebanyakan anak kecil, Muhammad ikut bermain, berlarian
menikmati keriangan bersama mereka. Bahkan Muhammad kecil sering menggoda
saudara-saudarinya dengan tiba-tiba menyergap dan mengejutkannya atau mengigit
nakal punggung mereka. Tawa atau terika pun sesekali ikut lepas dan terdengar
ke angkasa.
Muhammad kecil tahu persis kalau
Halimah dan suaminya sangat mecintainya. Bahkan Muhammad kecil ikut merasakan
rasa cinta keduanya melebihi kecintaan mereka terhadap anak kandungnya. Seolah
sorot mata mereka terbaca dengan baik lukisan cinta yang tak terhingga
terpancar begitu terang.
Hingga di suatu waktu terjadi
sebuah peristiwa besar pada Muhammad kecil di saat ia bermain dengan anak-anak
lain. Peristiwa pembelahan dada yang sungguh menggemparkan keluarga Halimah.
Anak-anak lain berlari ketakutan dan melaporkan kejadian tersebut kepada
Halimah. “Muhammad telah dibunuh. Muhammad telah dibunuh.” Mereka berteriak.
Sontak halimah dan suaminya kaget, segera mendatangi Muhammad dengan keadaan
penuh cemas. Ditemukannya Muhammad dalam keadaan baik-baik saja, tak ada bekas
luka. Hanya saja ia terlihat lelah dan menggigil takut.
Peristiwa tersebut direkam dalam
Shahih Muslim dan dikisahkan dalam Sirah Ibnu Hisyam. Itu merupakan salah satu
tanda kenabian dan isyarat pemilihan Allah kepadanya untuk sebuah tugas yang
amat besar lagi mulia. Jibril As yang datang dengan menyerupakan dirinya
sebagai manusia datang dan menelatangkan Muhammad di atas batu, lalu ia
membelah dada mulia Muhammad kecil. Dibukanya dada Muhammad, dan kebelah
kembali hati Muhammad, lalu dikeluarkan suatu gumpalan (‘alaqah), dan kemudian
Jibril pun berkata, “In adalah bagian setan yang ada padamu.” Lalu Jibril
mencucinya dengan air dari sumur zamzam di dalam bejana emas, lalu
mengembalikannya ketempat semula. Tanpa bekas.
Diantara hikmah yang kita ambil
dari kejadian tersebut, Syeikh Buthi mengatakan perlu dipahami, bahwa pembedahan itu bukan berarti
suatu keburukan terdapat dalam dada secara fisik. Karena jika demikian, sungguh
orang-orang yang berlaku jahat dengan sifat-sifat setan, bisa diobati dengan
hanya membedah lalu mengangkat bagian (kelenjar) hitam dalam dadanya. Ia adalah
bentuk pengumuman yang dipersiapkan untuk mendapatkan pemeliharaan (‘ishmah)
dan wahyu semenjak kecilnya dengan sarana material. Pembelahan dada tersebut
adalah “operasi pembersihan spritiual”. Dan khabar yang ajaib ini tidak layak
ditakwil dengan takwilan keluar dari makna hakiki dan lahiriyah. Kesahihan
hadits dari Anas yang diriwayatka Imam
Muslim ini sudah cukup.
Peristiwa itulah yang menjadikan
kekhawatiran pada Halimah, hingga ia harus mengembalikan Muhammad kecil ke
pangkuan Ibundanya Aminah sedikit lebih cepat. Dengan penuh rasa berat hati.
Perspisahan yang telah disadarinya sejak pertama kali membawa pulang Muhammad
yang masih bayi ke rumahnya. Waktu pun terasa begitu singkat, berlalu begitu cepat.
Demikianlah masa kecil Muhammad
di rumah Halimah yang penuh berkah bersebab olehnya.
***
Dikutip dari Buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad tulisan Dr. Nizar Abazhah dan Sirah Nabawiyah karangan Syeikh Buthi.