TARBIYAH ONLINE: Novel Best Seller

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label Novel Best Seller. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel Best Seller. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 November 2017

Seri Sirah Nabawiyah | Singkatnya Waktu Muhammad Kecil Bersama Aminah

November 11, 2017

Tarbiyah.onlineSetelah lama berpisah dengan sang ibunda Aminah, Muhammad kecil diantar pulang oleh Halimah ke pangkuan ibunda. Di saat itu, Muhammad kecil belum genap berusia lima tahun. Halimah menyerahkan Muhammad kepada ibu asuh baru yang merupakan pembantu dari Aminah yang juga tinggal bersama Aminah. Muhammad kecil kini mendapat curahan kasih sayang dari dua ibu sekaligus, Aminah dan Ummu Aiman. Perpisahan Halimah pun diwarnai haru dan pesan kepada Ummu Aiman untuk mencurahkan kecintaan dan perhatian yang besar kepada Muhammad kecil, mengurusi segala keperluannya dan tidak meninggalkannya meski sehari. Sedemikian bentuk cinta Halimah yang sejatinya tak ingin berpisah dengan anak asuh yang lebih dicintainya daripada anaknya sendiri.

Tak berapa lama bersama ibunda, Muhammad diajak untuk menemph perjalanan bersama ibunya ke Madinah (Yastrib nama Madinah saat itu). Perjalanan yang diperuntukkan menziarahi kuburan sang ayah yang tak pernah ia bertemu dengannya, karena duluan meninggal ketika Muhammad masih dalam kandungan, Abdullah. Selain juga untuk bertemu dengan kerabat sang ayah dari Bani Najjar.

Perjalanan yang menyenangkan bersama ibunda dan kafilah lainnya, sungguh sangat dinikmati oleh Muhammad kecil. Hingga saat perjalanan pulang, mereka tiba di sebuah kasawan bernama Abwa’, beberapa kilometer dari Mekkah. Perjalanan rombongan mereka terhenti, karena salah satu dari anggoa kafilah terlihat kelelahan, ia terlihat sudah sangat lemah. Seolah kekuatannya telah tumpah. Aminah, ibunda dari Muhammad.

Melihat sang ibu yang terbaring lemah, ia melihat sang ibu pipinya membasah dengan tetesan air mata yang membulir di kedua matanya. Air mata Aminah pun tumpah. Muhammad tahu, air mana itu menyimpan sejuta makna. Ada perasaan asing yang merasuk kedalam jiwa Muhammad kecil ketika sang ibu memeluknya tidak sebagaimana biasa. Hatinya berdebar kencang, kesedihan pun menghampirinya. Sang ibu menatap ke arah Ummu Aiman. Ia pesankan kepada Ummu Aiman untuk mengasuh Muhammad kecil dengan sungguh-sungguh. Ia titipkan buah hati tercintanya. Ummu Aiman pun mengaggukkan kepala sebagai tanda dan bukti penerimaan amanah yang harus ia tanggung.

Detik-detik itu terasa sungguh begitu menyakitkan untuk dikenang. Terlihat oleh Muhammad mata kedua wanita yang ia sayangi itu berlinang hingga membasahi dagu mereka. Ia mengerti, sebuah peristiwa tengah terjadi. Ummu Aiman tampak begitu bersedih dan terpukul. Air matanya tak tertahan tumpah ruah ketika  Aminah menghembuskan nafas terakhirnya. Diusapkan wajah Aminah, dan ditutupinya. Hingga selesailah proses penguburan Aminah.

Muhammad kecil hanya terdiam, ia termenung sedih, ingin mengungkapkan banyak rasa. Tapi ia tak mampu. Ummu Aiman pun memegang tangan Muhammad kecil dan menuntunnya kepada rombongan yang akan segera melanjutkan perjalanan pulang ke Mekkah. Suasana hening, tak satu pun dari mereka yang berucap. Semua mata tertuju kepada Muhammad kecil, mereka menyayangi Muhammad, anak saudaranya, yang kini telah yatim dan piatu.

Ditinggal oleh keua orangtuanya. Kini ia akan hidup sebatang kara, tanpa bisa mencicipi rasa kasih sayang kedua orang tua. Ummu Aiman menatap dengan tatapan penuh makna. Ia pun mencoba menghibur Muhammad dengan mengajaknya bercanda sepanjang perjalanan. Meskipun hasilnya tak seperti yang diharapkan. Muhammad bergeming, wajahnya malah makin pasi, dadanya terasa sesak duri derita. Ada sejuta tanda tanya yang menyelimuti samudera jiwanya. Ingin rasanya ditumpahkan kepada Ummu Aiman, tapi lidahnya pun terasa kelu, dan mulutnya terkunci. Muhammad kecil memilih untuk membiarkan kesedihannya mengalir dalam semesa diam.

Muhammad sadar, Ummu Aiman lah ibu sekaligus pelindung baginya. Hidupnya bergantung kepada Ummu Aiman, sebagaimana Ummu Aiman juga pun bergantung kepada Muhammad setelah ia menerima wasiat dari Aminah.

Tiba di Mekkah, Muhammad kecil langsung disambut oleh Abdul Mutthalib, kakeknya dengan dekapan penuh kasih sayang dan rasa haru. Tubuhnya yang sudah sangat lemah dan sudah sakit-sakitan akibat dimakan usia, di temani anak-anaknya yang lain (paman-paman Muhammad) ikut mengelilingi dan menatap lekat penuh keprihatinan dan belas kasih.

Dan Muhammad merasakan pandangan kasihan mereka, hati kecilnya berkata, suatu kejadian besar tengah terjadi. Terbayang sesuatu yang besar dan berat sedang menantinya dalam lanjutan kehidupannya

Begitu kisah singkat Muhammad Nabi Mulia bersama ibundanya. Setelah berpisah untuk disusui dan diasuh di pedalaman Bani Sa’ad, belum ia merasa puas bermain dan berkasih sayang dengan ibunda, Allah swt mentakdirkan ia harus berpisah untuk selamanya. Selanjutnya Abdul Mutthalib mengasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Read More

Selasa, 07 November 2017

Seri Sirah Nabawiyah | Bagaimana Kehidupan Baginda Nabi Sebagai Suami dan Ayah

November 07, 2017

Tarbiyah.onlineSiapa diantara kita yang tidak mengharapkan rumah yang tenang, pasangan yang sehaluan, dan anak-anak yang berbakti sebagai buah hati dan cahaya mata?

Tapi tidak semua mampu mendapatkan rumah tangga semacam itu. Sebab konstruksinya bukan semen, batu-bata dan pasir. Bukan pula material mahal yang menjadi assesoris berupa emas pakaian sutera dan kecanggihan elektronik. Melainkan kesediaan setiap individu untuk rela berkorban dan mengalah. Apalagi ayah sebagai pemimpin -notabene punya ego lebih besar- yang harus memikul tanggung jawab dalam memimpin, membimbing, mejadi teladan yang sempurna terhadap seluruh keluarganya.

Mungkin saja diantara kepala keluarga ada yang tidak mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya, tidak sanggup bertindak bijak atau bahka tidak tahu bagimana cara  mengatasi problematika dan polemik kehidupan rumah tangga serta tidak menjadi teladan dan menyuguhka pendidikan kepada anak dan istrinya.

Diantara sebanyak jumlah kepala keluarga, satulah yang paling sempurna keteladanannya. Imam Tirmidi dan Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits tentang seorang laki-laki teladan dalam keluarga.

Ia pernah berkata menasihati sahabat-sahabatnnya,"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan akulah yang terbaik terhadap keluarga ku." Dia lah Muhammad SAw, sang teladan di segala bidang kehidupan, karena Tuhan sendiri yang menyatakan dalam firmannya Surat Ahzab ayat 21, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul suri teladan yang indah bagi orang yang memenda harap kepada Allah dan hari kiamat dan banyak memngingat Allah."


Sebagai teladan yang sempurna, Muhammad memperistri banyak perempuan-perempuan shalihah dengan bermacam latar belakang dan watak serta ragam perbedaan umurnya. Dengan beristrikan janda, ia mampu menjukkan sikap teladan. Beristrikan wanita kaya raya, ia memperlihatkan kebijaksanaan mengelola harta. Beristrikan mantan budak, ia mencontohkan bagaimana seharusnya laki-laki memuliakan wanita. Beristrikan remaja, ia pun menampakkan sikap bijak menghadapi istri yang emosinya masih sering meluap.

Keteledanan yang ditampilkan tanpa celah, kecuali di mata segelinir orangt yang kerjaannya memang untuk mencari salah. Keluarga yang ia bentuk berjalan terjal, berbagai masalah menghadang, namun dengan sigap ia tampil mencari solusi.

Hebatnya, ketika ia harus keras dan tampak marah, ia mengambil sikap marah. Namun kerasnya tak pernah diikuti pecut. Tangannya tetap “terikat” tak lepas landas ke atas anak dan istri-istrinya. Tak ada umpatan dan hinaan yang melukai perasaan. Tak lama marahnya, langsung berdamai, sikapnya kembali lunak dan lembut penuh kasih sayang. Sikap profesional dan proporsional yang wajib diteladani.


Rumah Muhammad adalah rumah yang sakinah, penuh cinta dan berlimpah rahmah. Semua merasakannya, istri dan anaknya, budak dan pembanyunya, hingga tamu dan siapa pun yang datang ke rumahnya. Karena telah benar firman Allah “Dan tidaklah Kami utus Engkau (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam”.

Dia lah nabi kita, contoh terbaik dan teragung. Sungguh setiap yag ada pada dirinya adalah keagungan. Kita yang mengaku diri sebagai umatnya, harus malu jika pengakuan kita kosong, karena tak mengenalnya kecuali sedikit sahaja. Sungguh tak patut bagi seseorang mengaku dirinya pecinta, sedang ia tak mengenal kepada yang dicintanya.

Di kesempatan lain, kita akan tuliskan beberapa pelajaran indah yang diajarkan Nabi Muhammad kepada kita melalui keteladanannya bersama Istrinya.
Read More