“Laksanakanlah sahur, karena mengandung
keberkahan”
Begitulah sabda yang pernah diutarakan oleh
Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Imam Bukhari
dan Imam Muslim untuk menyuruh umatnya untuk bersahur sebelum berpuasa karena
keberkahan ada di dalamnya. Bila diamati, keberkahan tersebut dapat berupa hal-hal berikut ;
1. Memberikan kemampuan tambahan bagi orang
yang berpuasa pada siang hari hingga saatnya berbuka.
2. Dapat meringankannya melaksanakan tugas
saat berpuasa dari merasakan rasa lapar dan haus yang cukup berat.
3. Mengurangi potensi malas di siang hari
lantaran kekurangan energi akibat tidak ada zat yang cukup untuk dicerna oleh
organ.
4. Memberikan kestabilan organ pencernaan
dan kadar gula darah.
5. Dan yang tidak kalah penting adalah
sebagai bentuk upaya melaksanakan anjuran Nabi Muhammad shallallâhu ‘alahi
wa sallam.
6. Bahkan dalam satu riwayat juga
disebutkan bahwa sahur adalah waktu diijabahnya doa disamping memang masuk
sepertiga malam terakhir.
Keterangan dari para sahabat Nabi;
عن أبي الوليد عبد الله بن الحارث الأنصاري
أن نفرا من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم قالوا تسحروا ولو بجرع من ماء
“Dari Abi al-Walîd Abdullâh Ibn
al-Hârits al-Anshârî, bahwa beberapa sahabat Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam
berkata; Bersahurlah meskipun hanya seteguk air”
(Abdurrazzaq, al-Mushannaf,
vol.4, hal.227, no.7599)
Hafshah Ummul Mu’minin radhiyallâhu ‘anhâ;
عن حفصة قالت: تسحروا ولو بشربة من ماء،
فإنها قد ذكرت فيه دعوة
“Dari Hafshah, ia berkata; Bersahurlah
meskipun seteguk air, karena pada saat sahur itu doa dikabulkan”
(Ibn Abi Syaibah, al-Mushanaf,
vol.3, hal.8, no.9012)
Abu Darda’ radhiyallâhu ‘anhu;
عن أبي الدرداء قال: من أخلاق النبيين
الإبلاغ في السحور
“Dari Abu Darda’, ia berkata bahwa di
antara akhlak para Nabi adalah mendekatkan momen sahur dengan waktu fajar”
(Ibn Abi Syaibah, al-Mushannaf,
vol.3, hal.9, no.9014)
Statement Ijma oleh ulama;
Al-Imâm Abû Bakr
Muhammad Ibn Ibrâhîm Ibn al-Mundzir al-Naisabûrî (w.318H);
وقد أجمعوا على أن ذلك مندوب مستحب، ولا إثم
على من تركه
“Dan mereka telah ijma‘ bahwa sahur itu
sangat disunnatkan, dan yang tidak melakukannya tidak berdosa”
(Ibn al-Mundzir, al-Isyrâf
‘Alâ Madzâhib al-‘Ulamâ’, vol.3, hal.120)
Al-Imâm al-Qâdhî Abû
al-Fadhl ‘Iyâdh Ibn Mûsâ Ibn ‘Iyâdh Ibn ‘Amrûn al-Yashûbî (w.544H);
وأجمع الفقهاء على أن السحور مندوب إليه ليس
بواجب
“Ulama fikih berijma‘ bahwa melaksanakan
sahur hukumnya sunnat, bukan wajib”
(Al-Qadhi ‘Iyadh, Ikmâl
al-Mu‘lim Bi Fawâ’id Muslim, vol.4, hal.33)
Al-Imam Abu Muhammad
Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah al-Maqdisi (w.630H);
في استحبابه ولا نعلم فيه بين العلماء خلافا
“Kami tidak mengetahui adanya perbedaan
pendapat ulama dalam kesunnahan sahur”
(Ibn Qudâmah
al-Maqdisî, al-Mughnî Fi Syarh Mukhtashar al-Kharqî, vol.3, hal.108)
Wallâhu A‘lam