TARBIYAH ONLINE

Fiqh

Senin, 14 Mei 2018

IJMA’ KEWAJIBAN BERPUASA DI BULAN RAMADHAN

Mei 14, 2018
Suatu kelayakan bila muncul pertanyaan tentang urgensi ijma‘ ketika dalil dari al-Qur’an dan Hadis sudah cukup jelas tentang puasa. Bahkan tidak hanya puasa, bersuci, shalat, zakat, haji dan banyak jenis ibadah lain yang memiliki dalil jelas dari al-Qur’an dan Hadis juga tak jarang ditemukan keterangan adanya ijma‘.

Foto Grosir Kaos Anak Karinda.
Hal tersebut dapat kita temukan misalnya dalam Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid karya Imam Ibnu Rusyd al-Hafîd (w.595H). Ia sering menuliskan bahwa kewajibannya berdasarkan al-Kitab, al-Sunnah dan al-Ijma’; dengan menampilkan keterangan ijma’ meski al-Qur’an dan hadis yang berbicara tentang hal itu sudah sangat jelas. Tentunya hal itu bukan tanpa alasan yang sudah diketahui oleh ulama fikih. Penjelasan ringkasnya dapat dibaca pada pembahasan Ijma sebelumnya.

Berikut adalah sebagian nukilan dari para ulama terkait kewajiban puasa Ramadhan berdasarkan ijma’.
1. Al-Imam Abu Bakr Muhammad Ibn Ibrahim Ibn al-Mundzir al-Naisaburi (w.318H) ;
وأجمع كل من نحفظ عنه من أهل العلم على وجوب صيام شهر رمضان
“Setiap ulama yang kami hapal telah ijma‘ bahwa hukum puasa di bulan Ramadhan adalah wajib”
(Ibn al-Mundzir, Al-Isyrâf ‘Alâ Madzâhib al-‘Ùlamâ’, vol.3, hal.107)

2. Al-Imam Abu al-Hasan Ali Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Habib al-Bashri al-Mawardi (w.450H);

أجمع المسلمون على وجوب الصيام، وهو أحد أركان الدين، فمن جحده فقد كفر، ومن أقر به ولم يفعله فقد فسق، غير أنه لا يقتل
“Kaum muslimin telah ijma‘ tentang kewajiban puasa (Ramadhan), ia merupakan salah satu rukun agama. Yang mengingkari kewajiban-nya menjadi kafir, sedangkan yang mengakui kewajibannya namun tidak melakukan maka dia fasiq dan tidak perlu dihukum mati”
(Al-Mawardi, al-Hâwî al-Kabîr Syarh Mukhtashar al-Muzanî, vol.3, hal.851)

3. Al-Imam Abu Muhammad Ali Ibn Ahmad Ibn Sa‘id Ibn Hazm al-Andalusi (w.456H);

فمن الفرض صيام شهر رمضان الذي بين شعبان وشوال، فهو فرض على كل مسلم عاقل بالغ صحيح مقيم، حرا كان أو عبدا، ذكرا أو أنثى، إلا الحائض والنفساء، فلا يصومان أيام حيضهما ألبتة، ولا أيام نفاسهما، ويقضيان صيام تلك 
الأيام، وهذَا كله فرض متيقن من جميع أهل الإسلام
“Di antara ibadah fardhu adalah puasa pada bulan Ramadhan, antara bulan Sya‘ban dan Syawwal. Wajib bagi setiap muslim yang telah berakal, baligh, sehat, menetap, baik merdeka maupun seorang budak, laki-laki maupun perempuan yang tidak haid dan nifas. Mereka tidak boleh berpuasa pada hari-hari haid dan nifas, namun harus mengqadhanya -di hari lain-. Ini semua adalah fardhu yang telah pasti kewajibannya dari seluruh kaum muslimin”
(Ibn Hazm, al-Muhallâ Bi al-Atsar, vol.6, hal.160)
Foto HF YouTube Channel.
4. Al-Imam Abu Bakr Ibn Mas‘ud Ibn Ahmad al-Kasani (w.587H);

وأما الإجماع فإن الأمة أجمعت على فرضية شهر رمضان لا يجحدها إلا كافر
“Adapun dalil ijma‘, yaitu ijma‘ umat atas wajibnya -puasa- di bulan Ramadhan, dan hanya orang kafirlah yang mengingkari kewajibannya”
(Al-Kâsânî, Badâi‘ al-Shanâi‘ Fî Tartîb al-Syarâi‘, vol.2, hal.75)

5. Al-Imam Abu al-Hasan Ali Ibn Abi Bakr Ibn Abdil Jalil al-Rusydani al-Marghinani (w.593H);

اعلم أن صوم رمضان فريضة لقوله تعالى (كتب عليكم الصيام)، وعلى فرضيته انعقد الإجماع ولهذا يكفر جاحده
“Ketahuilah bahwa puasa pada bulan Ramadhan adalah fardhu karena firman Allah ta‘ala (puasa telah diwajibkan kepadamu). Dan hukum fardhunya telah menjadi ijma‘, oleh karenanya orang yang mengingkarinya dapat menjadi kafir”
(Al-Marghînânî, al-Hidâyah Syarh Bidâyah al-Mubtadi’, vol.1, hal.118)

6. Al-Imam Abu Muhammad Abdullah Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Qudamah al-Maqdisi (w.620H);

وأجمع المسلمون على وجوب صيام شهر رمضان
“Kaum muslimin telah ijma‘ bahwa puasa di bulan Ramadhan adalah wajib”
(Ibn Qudamah, al-Mughnî Syarh Mukhtashar al-Imâm Abî al-Qâsim al-Kharqî, vol.3, hal.3)

7. Al-Imam Abu Zakariya Yahya Ibn Syarf al-Nawawi (w.676H);

وهذا الحكم الذى ذكره -وهو كون صوم رمضان ركنا وفرضا- مجمع عليه، ودلائل الكتاب والسنة والإجماع متظاهرة عليه
“Status puasa ramadhan sebagai satu rukun dan fardhu yang telah disebutkan -oleh al-Syîrâzî- telah menjadi suatu kesepakatan. Dalil-dalil dari al-Qur’an, hadis dan ijma‘ pun menunjukkan akan hal itu”
(Al-Nawawi, al-Majmû‘ Syarh al-Muhadzzab, vol.6, hal.252)

8. Al-Imam Abu al-Baqa’ Muhammad Ibn Musa Ibn ‘Isa al-Damiri (w.808H);

وذكر صوم رمضان، وانعقد الإجماع عليه وهو معلوم من الدين بالضرورة، من جحده كفر وقتل بكفر
“-Di dalam hadis Buniya al-Islâm ‘Alâ Khams- disebutkan tentang puasa Ramadhan, kewajibannya telah ditetapkan berdasarkan ijma‘. Dan itu telah diketahui secara qath‘î dari agama. Orang yang mengingkari kewajibannya menjadi murtad dan harus dihukum mati disebabkan kufur -pada kewajibannya-”
(Al-Damîrî, al-Najm al-Wahhâj Fî Syarh al-Minhâj, vol.3, hal,272)

Wallâhu A‘lam

Read More

Sabtu, 12 Mei 2018

MENYEBAR FITNAH, PERILAKU SI ANAK ZINA

Mei 12, 2018
Alquran menyebut fitnah sebagai namimah dan hammalah. Yang mempunyai makna menyebarkan kebohongan demi merusak citra seseorang, memperkeruh suasana dan menghancurkan hubungan yang telah terjalin. Namimah juga memiliki makna membongkar rahasia dan menyebarkan sesuatu yang tidak disukai darinya.
Dalam Alquran Allah SWT menyebutkan, pada Surah Al Qalam ayat 10-13:
"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya (zaniim), karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak."

Berkaitan dengan ayat diatas, Imam Abdullah ibnul Mubarak berkata: "dia yang dimaksud pada ayat diatas adalah anak hasil zina, tidak bisa menyembunyikan pembicaraan". Ia (Ibnul Mubarak) mengisyaratkan bahwa setiap orang yang tidak bisa menyembunyikan pembicaraan dan melakukan namimah, perbuatannya itu menunjukkan bahwa ia adalah anak hasil zina. Dalil ini diambil dari firman Allah pada ayat ke 13. Az-zanim itu adalah al-da'i (yang keturunannya diragukan, tidak jelas).


Sedangkan dalam Surah Al Humazah ayat pertama, Allah mencela dan melaknat orang yang melakukan fitnah dan pengumpat, "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,...". Dalam satu tafsir disebutkan al humazah juga berarti al-nammam (pelaku namimah/ fitnah).


Peringatan Rasul SAW kepada umatnya akan bahaya dan siksa bagi pelaku ghibah maupun namimah sungguh sangatlah banyak. Diantaranya sabda Nabi SAW. "Seorang nammam tidak akan masuk surga." Dalam hadis lain disebutkan, "Seorang Qattat tidak akan masuk surga". Qattat adalah pembohong dan penyebar fitnah, sama dengan an-nammam".

Dalam hadits yang lain lagi, Rasulullah bertanya kepada Sahabatnya,"Maukah kalian kuberitahu orang yang paling jahat dantarakalian? Para Sahabat menjawab, "Ya, tentu." Lalu Rasul SAW bersabda, "Ialah orang yang senang melakukan namimah (fitnah), yang suka merusak keharmonisan antar kekasih, dan yang nendorong orang baik hingga tergelincir pada aib (provokator)."

Abu Dzar Al Ghifari mengatakan bahwa Rasul SAW pernah bersabda, "Barangsiapa yang mengalamatkan satu kata saja kepada seorang muslim, yang dengan kata itu dia menodai si muslim tak hak (yang syar'i), maka kelak di hari kiamat Allah akan menodainya dengan kata di neraka."


Disarikan dari kitab Tashfiyatul Qulub min Daranil Awzar wadz-zunub, karya Syeikh Yahya bin Hamzah al Yamani, bab Bahaya Lisan.



Ayyuhal muslim, wahai saudara-saudari kami yang muslim. Yang semua kita mengaku diri umat Muhammad, umat terbaik. Kita yang menyebut diri kita sebagai agen, penjaga dan pembela Islam. Sudah saatnya kita merenungi untaian nasihat dan peringatan dari Allah serta Rasul-Nya akan bahaya dan besarnya kecelaan namimah (fitnah).

Fitnah tersebar dari mulut, jari tangan, serta layar handphone dan laptop. Melalui pemberitaan hoax dan konten yang berisikan ujaran kebencian. Tanpa melalui proses tabayun (cross-check) dan pembuktian. Jika ghibah Allah samakan dengan suatu perkara yang menjijikkan (memakan bangkai saudara sendiri), bagaimana dengan namimah (fitnah) yang jelas lebih parah celanya.

Semoga Allah menjaga lisan dan tulisan kita daripada dusta, ghibah dan namimah yang sangat tercela dalam agama.
Read More

Kamis, 10 Mei 2018

BERKENALAN DENGAN ISTRI-ISTRI NABI SAW

Mei 10, 2018


1. Khadijah binti Khuwailid (Istri pertama dari kaum janda yang merupakan seorang wanita mulia yang memberikan keturunan kepada Nabi SAW: Zainab, Ummu Kultsum, Ruqaiyah, Fathimah, Abdullah, Qasim).




2. Saudah binti Zam'ah al-Amiriyyah (Seorang Janda dari Sakran yang ikut hijrah ke Habasyah). Ialah yang menjadi ibu pengganti bagi putri-putri Rasulullah SAW ketika Khadijah telah wafat.

3. A'isyah binti Abu Bakar (Satu-satunya wanita yang dinikahi oleh Nabi SAW dalam keadaan gadis). Yang dipinang di masa yang sama dengan Saudah, namun baru dinikahi ketika ia telah tumbuh dewasa.

3. Ummu Salamah (Seorang Janda dari sahabat yang ikut hijrah ke Habsyah, di awal-awal Islam, Abu Salamah).

4. Hafshah binti Umar bin Al Khatthab (Seorang janda perang Uhud dari sahabat bernama Khunais ibn Hadzafah As-sahmi). Ia adalah istri Nabi SAW yang pernah ditalak oleh Nabi SAW, kemudian dirujuk kembali.

5. Zainab binti Khuzaimah (Seorang janda perang Uhud dari sahabat bernama Abdullah bin Jahsyi). Beliau hanya hidup bersama Nabi SAW sekitar 2-3 bulan, sebelum akhirnya meninggal. Ia juga dikenal sebagai Ibu orang-orang miskin, karena kecintaan dan kepeduliannya kepada kaum miskin. Ia juga menjadi istri Nabi SAW yang wafat di masa Nabi SAW masih hidup, setelah Khadijah al Kubra.

6. Raihanah (Seorang budak tawanan perang yang awalnya menolak menjadi istri Nabi SAW, dan memilih menjadi budak saja karena ia memilih agama Yahudi yang sudah dipeluknya. Hingga akhirnya Allah SWT memberikan hidayah kepadanya menjadi muslim hingga akhir hayatnya).

7. Juwairiyah (Tawanan perang/ anak dari pemimpin Bani Musthaliq yang dinikahi Nabi SAW) yang sebab perkawinan tersebut, sang ayah memeluk Islam beserta seluruh kaumnya.

8. Zainab binti Jahsyi (Putri dari bibi Nabi SAW -Umaymah binti Abdul Mutthalib, ia juga merupakan janda cerai daripada sahabat sekaligus anak angkat Nabi SAW, Zaid bin Haritsah). Kisah perkawinan dengan Zainab adalah yang paling rumit diantara yang lain, hingga Allah SWT yang "turun tangan".

8. Mariyah al Qibtiyah (Seorang budak wanita dari Qibti, yang dihadiahkan oleh Raja Al Iskandariyah, Mesir kepada Nabi SAW dan dimerdekakan serta dijadikan istri. Darinya lahir putera Nabi SAW bernama Ibrahim).

9. Ummu Habibah (Ia bernama Ramlah binti Abu Sufyan. Ia adalah janda dari sahabat yang hijrah ke Habasyah, Ubaidillah bin Jahsyi. Namun sayang, ia murtad dari Islam dan masuk Kristen. Sehingga kehidupan Ramlah yang menanggung malu serta memiliki seorang putri bernama Habibah ini dipinang oleh Nabi SAW).

10. Shafiyah binti Huyay (Tawanan perang Khaibar, putri dari pemimpin Yahudi disana. Ia dibebaskan dari status budak dan diperistrikan oleh Nabi SAW). Ia menceritakan pernah bermimpi didatangi rembulan purnama hingga masuk ke kamarnya dan menerangi seluruh rumahnya. Disebabkan mimpi itu, ia dipukul oleh suaminya ketika itu, Kinanah bin Abi Al Haqiq, lantaran menjadi tanda ia akan mengikuti dan mencintai Muhammad Raja Bangsa Arab (Rasul SAW).

11Maimunah (Yang sebelumnya bernama Barrah binti Al Harits yang dinikahi Nabi SAW ketika Umrah qada' yang dilakukan Nabi SAW sebelum Fathul Makkah. Ia menjadi wanita terakhir yang dinikahi oleh Nabi SAW).

Sedangkan beberapa nama lain, seperti putri Al Jaun dari Bani Anbar, Khaulah binti Al Hudzail,, Laila binti Al Khatim Al Ausiyah, seorang wanita dari Bani Ghifar dan seorang wanita dari Bani Kindah, meski telah dinikahi oleh Nabi SAW, namun kesemuanya belum sempat digauli sebagaimana lazimnya suami-istri dengan berbagai alasan.


Disarikan dari buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad (terj: Fii Baiti ar-Rasul) karya Dr. Nizar Abazhah, dari Damaskus, Suriah.
Read More

Senin, 30 April 2018

PENDAPAT ULAMA TENTANG NISFU SYA'BAN

April 30, 2018
Sya’ban adalah nama bulan ke delapan dari dua belas bulan dalam penanggalan tahun Hijriah. Terdapat banyak kemuliaan dalam bulan ini. Terutama disaat malam pertengahan bulan Sya’ban atau sering disebut lailatun nisfu sya’ban atau lailatul baraah. Mayoritas umat Islam meyakini Nisfu Sya’ban memiliki banyak keutamaan, berdasarkan apa yang disampaikan oleh para ulama. Pada malam ini sangat dianjurkan menghidupkan malam berbagai macam ibadah.

Banyak sekali dalil-dalil dan anjuran baik yang ada di dalam kitab Ihya' Ulumiddin karya Al-Ghazali, atau kitab Qutut Al-Qulub karya Abu Talib Al-Makki.

Namun demikian, belakanganmuncul pendapat di kalangan umat Islam yang menganggap malam Nisfu Sya’ban layaknya malam-malam lain. Tidak ada yang istimewa, bahkan menghukumi bid’ah bagi yang mengkhususkan malam nisfu sya’ban dengan memperbanyak ibadah lebih dari yang biasa dilakukan oleh umat islam.

Perbedaan pandangan ini tidak dapat dilepaskan dari pendapat para ulama yang menjadi panutannya. Dalam perjalanan sejarah keilmuan islam, ulama terbagi ke dalam dua kelompok menyikapi keutamaan malam Nisfu Sya’ban. Terutama ulama ahlul hadits. Namun, bagi ulama ahlul fiqh yang pastinya mensumberkan kajian fiqhnya kkepada berbagai riwayat hadits, menyatakan sikap yang pro/ mengiyakan bahkan ikut merayakan malam Lailatul Baraah atau malam nisfu Sya’ban ini.


Ustad Ahmad Syarwat pengasuh rumahfiqih.com, berikut adalah daftar ulama yang mengeluarkan pendapat tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban.

Ibnu Rajab, dalam kitab Lathaif al-Ma’arif, berkata, “Ada dua pendapat para ulama negeri Syam tentang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban. Pendapat pertama menyatakan dianjurkan menghidupkannya secara bersama-sama dalam masjid. Pada malam itu, Khalid bin Mi’dan, Lukman bin ‘Amir dan lainnya memakai pakaian terbaiknya, menggunakan minyak wangi dan celak mata lalu berdiam di dalam masjid. Ishaq bin Rahawaih menyetujui amalan itu. Dia juga menyatakan bahwa melaksanakan salat secara berjamaah pada malam itu di masjid bukan termasuk amalan bid’ah. Hal ini sebagaimana dinukil oleh Harb al-Kirmani dalam kitab al-Masail. Pendapat kedua menyatakan bahwa berkumpul di masjid pada malam Nisfu Sya’ban untuk melakukan salat, memberikan nasehat dan berdoa adalah perbuatan makruh. Tapi, jika seseorang melakukan salat secara sendiri maka tidak dimakruhkan. Ini adalah pendapat Awza’i, pemimpin ulama dan ahli fikih negeri Syam.”

Al-Qasthalani dalam kitabnya, Al-Mawahib Alladunniyah jilid 2 halaman 59, menuliskan bahwa para tabiin di negeri Syam seperti Khalid bin Mi'dan dan Makhul telah ber-juhud (mengkhususkan beribadah) pada malam nisfu sya'ban. Maka dari mereka berdua orang-orang mengambil panutan.
Namun disebutkan terdapat kisah-kisah Israiliyat dari mereka. Sehingga hal itu diingkari oleh para ulama lainnya, terutama ulama dari hijaz, seperti Atha' bin Abi Mulkiyah, termasuk para ulama Malikiyah yang mengatakan bahwa hal itu bid'ah.
Al-Qasthalany kemudian meneruskan di dalam kitabnya bahwa para ulama Syam berbeda pendapat dalam bentuk teknis ibadah di malam nisfu sya'ban.

Dilakukan di malam hari di masjid secara berjamaah. Ini adalah pandangan Khalid bin Mi'dan, Luqman bin 'Amir. Dianjurkan pada malam itu untuk mengenakan pakaian yang paling baik, memakai harum-haruman, memakai celak mata (kuhl), serta menghabiskan malam itu untuk beribadah di masjid.
Praktek sepertiini disetujui oleh Ishaq bin Rahawaih dan beliau berkomentar tentang hal ini, "Amal seperti ini bukan bid'ah." Dan pendapat beliau ini dinukil oleh Harb Al-Karamani dalam kitabnya.

Pendapat ini didukung oleh Al-Auza'i dan para ulama Syam umumnya. Bentuknya bagi mereka cukup dikerjakan saja sendiri-sendiri di rumah atau di mana pun. Namun tidak perlu dengan pengerahan masa di masjid baik dengan doa, dzikir maupun istighfar. Mereka memandang hal itu sebagai sesuatu yang tidak dianjurkan.
Jadi di pihak yang mendukung adanya ritual ibadah khusus di malam nisfu sya'ban itu pun berkembang dua pendapat lagi.

Duktur Al Ustadz 'Athiyah Shaqr
Beliau adalah kepala Lajnah Fatwa di Al-Azhar Mesir di masa lalu. Dalam pendapatnya beliau mengatakan bahwa tidak mengapa bila kita melakukan shalat sunnah di malam nisfu sya'ban antara Maghri dan Isya' demi untuk bertaqarrub kepada Allah. Karena hal itu termasuk kebaikan. Demikian juga dengan ibadah sunnah lainnya sepanjang malam itu, dengan berdoa, meminta ampun kepada Alla. Semua itu memang dianjurkan.

Syekh Ali Jumu'ah
Beliau adalah mantan mufti Mesir yang juga merupakan ulama besar dari Al-Azhar, kairo menyebutkan Keutamaan malam itu disebutkan dalam banyak hadis yang saling menguatkan. Mengadakan peringatan dan menghidupkan malam Nisfu Sya’ban adalah amalan yang sesuai dengan tuntunan agama. Hadis-hadis tentang keutamaan malam tersebut tidak termasuk hadis-hadis yang sangat dha’if atau maudhu’. Juga tidak apa-apa membaca surat Yasin sebanyak tiga kali setelah salat Magrib dengan suara keras dan bersama-sama. Karena, hal itu masuk dalam perintah menghidupkan malam Nisfu Sya’ban tersebut. Terdapat kelapangan dalam tata cara berzikir. 

Dr. Yusuf al-Qaradawi
Ulama yang sering dijadikan rujukan oleh para aktifis dakwah berpendapat tentang ritual di malam nasfu sya'ban bahwa tidak pernah diriwayatkan dari Nabi SAW dan para sahabat bahwa mereka berkumpul di masjid untuk menghidupkan malam nisfu Sya'ban, membaca doa tertentu dan shalat tertentu seperti yang kita lihat pada sebahagian negeri orang Islam.
Juga tidak ada riwayat untuk membaca surah Yasin, shalat dua rakaat dengan niat panjang umur, dua rakaat yang lain pula dengan niat tidak bergantung kepada manusia, kemudian mereka membaca do`a yang tidak pernah dipetik dari golongan salaf (para sahabah, tabi`in dan tabi’ tabi`in).
Selebihnya ulama-ulama kerajaan Saudi yang dikenal menganut paham Wahabiyah memang sangat anti dan kontra kepada perayaan dan pengkhususan malam Nisfu Sya'ban dengan berbagai kegiatan ibadah.
Pada situs harakahislamiyah.com terdapat tabel yang memudahkan untuk melihat siapa saja ulama yang berbeda pendapat tentang nisfu sya'ban seperti berikut.

Dan memang masalah ini adalah mahallun-khilaf' sepajang zaman. Tidak akan ada penyelesaiannya, karena masing-masing pihak berangkat dengan ijtihad dan dalil masing-masing, di mana kita pun ber husnudzhan bahwa mereka punya niat yang baik serta mereka memiliki kapasitas dan otoritas dalam berijtihad.

Semoga tidak ada pertengkaran dan saling membid'ahkan apalagi menyesatkan sesama kaum muslim atas perbedaan pendapat diantara para ulama. kita yang awam hanya dituntut untuk belajar, dan beribadah semampunya berdasarkan ilmu dan keyakinan yang telah kita miliki. Taklid kepada pemahaman para ulama yang terkenal kealiman, kezuhudan dan kewara'annya bukanlah aib, melainkan sebuah perbuatan baik.

Wallahu a'lam.

Sumber dari
rumahfiqih.com dar-alifta.org dan berbagai sumber lainnya.
Read More

PENJELASAN KELEBIHAN NISFU SYA’BAN

April 30, 2018

Malam Nisfu Sya’ban merupakan malam penuh rahmat, maka hendaklah memperbanyakkan ibadah terutama beristigfar dan bertaubat dan menjauhi kemaksiatan.
Pada malam Nisfu Sya'ban adalah salah satu malam yang mustajab doa. Umat Islam digalakkan pada malam Nisfu Sya'ban banyakkan berdoa dan memohon keampunan disisi Allah SWT.

Sayidatina Aisyah radhiyallahu'anha. menyatakan, tidak pernah Rasulullah berpuasa lebih banyak melainkan dalam bulan Sya’ban (selain bulan Ramadhan); Sesungguhnya baginda telah berpuasa sebulan penuh. – (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Usman bin Zaid radhiyallahu'anhu menceritakan: “Saya telah bertanya kepada Rasulullah , Wahai Rasulullah, saya tidak pernah menyaksikan banyaknya puasa tuan pada lain-lain bulan seperti di bulan Sya’ban; lalu Baginda menjawab, itulah bulan (Sya’ban) di mana ramai manusia lalai mengenainya iaitu di antara bulan Rejab dan Ramadhan. Ini adalah bulan di mana segala amalan diangkat kepada Tuhan pemilik sekalian alam. Oleh itu saya (Baginda) amat suka kiranya amalan saya diangkat ketika saya sedang berpuasa. (HR Imam Ahmad dan An-Nasai)

Menurut para ulama, pada malam Nisfu Sya’banlah para malaikat melaporkan catatan amal umat manusia selama setahun kepada Allah SWT.

Sayidatina Aisyah radhiyallahu'anha menceritakan, Rasulullah telah bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta’ala turun pada malam pertengahan (nisfu) Sya’ban ke langit dunia dan mengampunkan dosa-dosa orang yang lebih banyak dari bilangan bulu-bulu kambing Bani Kalb." (HR At-Tirmizi dan Ibnu Majah)


Diriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu, dari Nabi Muhammad SAW, Baginda bersabda: “Apabila datang malam Nisfu Sya’ban, maka kalian hidupkanlah malamnya dan berpuasa-lah pada pagi harinya. Sesungguhnya Allah SWT pada malam itu turun ke langit dunia lalu menyeru kepada hamba-Nya: “Adapun orang yang memohon keampunanKu pasti akan Aku ampuni dosanya, Adapun orang yang memohon rezeki kepadaKu, pasti Aku akan memberinya rezeki, Adapun orang yang sedang ditimpa musibah, pasti Aku berikannya keselamatan, dan seterusnya dimulai dari tenggelamnya matahari sampai terbitnya fajar”.

Berkata Imam Asy-Syafie rahimahullah: Terdapat riwayat yang mengatakan Abu Darda’ radhiyallahu'anha berkata: Sesungguhnya doa mustajab pada lima (5) malam yaitu; malam Jumaat, malam Idul Fitri, malam Idul Adha, malam awal Rajab dan malam Nisfu Sya’ban.

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu'anhu, Rasulullah bersabda: “Allah memandang (dengan pandangan rahmat) kepada seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Maka, Allah mengampuni (dosa-dosa) seluruh makhluk-Nya kecuali yang menyekutukan-Nya atau orang yang dengki atau dendam.” (HR Ath-Thabarani dan Ibnu Hibban).

Apa yang harus dilakukan pada malam Nisfu Sya’ban?


Disunatkan menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyakkan ibadah dengan membaca al-Qur`an, berzikir, berdoa, bertasbih, berselawat, menghadiri majlis ilmu dan amalan ibadah yang lain khususnya:

1. Puasa sunat
2. Perbanyakkan Istighfar 
3. Perbanyakkan berdoa dan berzikir. **Lazimi (biasakanmengamal Al-Wirdul Latif yang merupakan himpunan wirid yang disusun oleh Al-Imam Al Qutub Abdullah Ba'Alawi Al-Hadad Rahimahullah.


Oleh Habib Ali Zainal Abidin bin Abu Bakr Al Hamid
Pengasuh Majelis Darul Murtadza, Malaysia yang juga merupakan murid daripada Habib Umar bin Hafiz
Read More

Kamis, 26 April 2018

AMALAN MALAM NISFU SYA'BAN

April 26, 2018
Nisfu Sya'ban adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya'ban) dari kalender Islam. Hari ini juga dikenal sebagai Laylatul Bara’ah atau Laylatun Nisf min Sha’ban di dunia Arab, malam Nifsu Syaban Satu diantara malam yang utama dan ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia.


Menurut penanggalan Hijriah malam Nisfu Syaban jatuh pada malam Selasa mendatang.

Dikutip dari NUonline, malam nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) umat Islam dianjurkan menghidupkan malam dengan berbagai jenis ibadah, seperti memperbanyak shalat, zikir dan membaca Al Quran.

Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki seorang ulama Ahlussnnah wal Jama'ah dari Mekkah, menegaskan bahwa terdapat banyak kemuliaan di malam Nisfu Sya’ban.

Allah SWT akan mengampuni dosa orang yang minta ampunan pada malam itu, mengasihi orang yang minta kasih, menjawab do’a orang yang meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan membebaskan sekelompok orang dari neraka.

Mengenai bulan Sya’ban, ada hadits dari Usamah bin Zaid. Ia pernah menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia tidak pernah melihat beliau melakukan puasa yang lebih semangat daripada puasa Sya’ban. Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا 
صَائِمٌ

“Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasa’i no. 2359. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Setiap pekannya, amalan seseorang juga diangkat yaitu pada hari Senin dan Kamis. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

تُعْرَضُ أَعْمَالُ النَّاسِ فِى كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلاَّ عَبْدًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ اتْرُكُوا – أَوِ ارْكُوا – هَذَيْنِ حَتَّى يَفِيئَا

“Amalan manusia dihadapkan pada setiap pekannya dua kali yaitu pada hari Senin dan hari Kamis. Setiap hamba yang beriman akan diampuni kecuali hamba yang punya permusuhan dengan sesama. Lalu dikatakan, ‘Tinggalkan mereka sampai keduanya berdamai’.” (HR. Muslim no. 2565)

Ada juga hadits dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”

Hadits lainnya lagi adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا اِثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ

“Allah ‘azza wa jalla mendatangi makhluk-Nya pada malam nisfu Sya’ban, Allah mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua orang yaitu orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh jiwa.”


Baca juga: HUKUM BERAMAL DENGAN HADITS DHA’IF

Setidaknya terdapat tiga amalan yang dapat dilakukan pada malam nisfu Sya’ban. Tiga amalan ini disarikan dari kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki.
Pertama, memperbanyak doa. Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء 

Artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).

Kedua, membaca dua kalimat syahadat sebanyak-banyaknya. Dua kalimat syahadat termasuk kalimat mulia. Dua kalimat ini sangat baik dibaca kapan pun dan di mana pun terlebih lagi pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi mengatakan,

وينبغي للمسلم أن يغتنم الأوقات المباركة والأزمنة الفاضلة، وخصوصا شهر شعبان وليلة النصف منه، بالاستكثار فيها من الاشتغال بكلمة الشهادة "لا إله إلا الله محمد رسول الله".

Artinya, “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”

Ketiga, memperbanyak istighfar. Tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan salah. Itulah manusia. Kesehariannya bergelimang dosa. Namun kendati manusia berdosa, Allah SWT senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun. Karenaya, meminta ampunan (istighfar) sangat dianjurkan terlebih lagi di malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi menjelaskan,

الاستغفار من أعظم وأولى ما ينبغي على المسلم الحريص أن يشتغل به في الأزمنة الفاضلة التي منها: شعبان وليلة النصف، وهو من أسباب تيسير الرزق، ودلت على فضله نصوص الكتاب، وأحاديث سيد الأحباب صلى الله عليه وسلم، وفيه تكفير للذنوب وتفريج للكروب، وإذهاب للهموم ودفع للغموم

Artinya, “Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan.

Demikianlah tiga amalan utama di malam nisfu Sya’ban menurut Sayyid Muhammad. Semua amalan itu berdampak baik dan memberi keberkahan kepada orang yang mengamalkannya.

Semoga kita termasuk orang yang menghidupkan malam nisfu Sya’ban dengan memperbanyak do’a, membaca dua kalimat syahadat, istighfar, dan kalimat mulia lainnya. Wallahu a’lam.
Read More