Dimana dalam perjalanan tersebut Rasul SAW dibebankan syari'at shalat
5 waktu sehari semalam, di tempat yang sangat istimewa. Dimana Malaikat dan Jin
sekalipun tak dapat menembus hijab tersebut. Yaitu sidratul muntaha.
Kisah Isra' dan Mi'raj ini diterangkan oleh Allah dalam
firman-Nya, Surah Al Isra dimulai dari ayat pertama. Demikian pula dalam
hadits-hadits shahih yang diriwayatkan secara panjang dalam kitab shahih
bukhari dan muslim.
Di siang hari, Rasul SAW bercerita tentang kisahnya di hadapan
kaum Quraiys, namun banyak diantara mereka yang memungkiri, mendustakan apa
yang dikatakan oleh Nabi SAW.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, Rasulullah Saw
bersabda:
لمّ كذّبتني قريش قمت فى الحجر فجعلّى الله لى بيت المقدس
فطفقت أخبرهم عن ايته وانا انظرو اليه.
"Ketika kaum Quraisy mendustakan aku. Aku berdiri di Hijr
Ismail, lalu Allah memperlihatkan Baitul Maqdis padaku. Kemudian aku kabarkan
kepada mereka tentang tiang-tiangnya daripada apa yang aku lihat."
Ketika berita ini didengar oleh kaum Quraiys. Mereka datang kepada
Abu Bakar dan menceritakan hal tersebut dengan harapan Abu Bakar akan ikut
mendustakan apa yang Muhammad sampaikan seperti hal keadaan mereka lakukan.
Namunya ternyata Abu Bakar menjawab, "Jika memang benar Muhammad yang
mengatakan hal tersebut, maka dia telah berkata benar, dan sungguh aku akan
membenarkannya lebih dari pada itu". Ini pula yang menjadikan Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq (membenarkan Nabi SAW secara mutlak).
Setelah peristiwa Isra dan Mi'raj, pada pagi harinya malaikat
Jibril turun kepada Nabi SAW di setiap waktu-waktu tertentu sebagai penanda
masuk dan batas waktu shalat. Dan diajarkannya shalat sebagaimana shalat yang
disyari'atkan kepada Muhammad SAW, setelah sebelumnya ibadah/ ritual shalat
yang dilakukan oleh Nabi SAW adalah mengikuti syari'at shalat Nabi Ibrahim AS.
Ibrah dari Peristiwa Mukjizat Isra dan Mi'raj yang dapat kita
petik antara lain:
1. Ketika kita menyebutkan Isra' dan Mi'raj sebagai mukjizat, maka
banyak perihal logika tertembusi. Kejadian luar biasa yang ada pada Nabi SAW dan
Para Rasul AS lainnya disebut dengan Mukjizat.
Jumhur ulama (hampir semuanya) mengatakan Perjalanan yang
dilakukan pada malam itu dilakukan dengan jasad dan ruh, maka perjalanan
tersebut juga bukan sebuah mimpi, sebagaimana yang disebutkan oleh para orientalis
dan pemuja logika. Karena Nabi SAW mampu menceritakan sebegitu detailnya
peristiwa tersebut dan dirasakan oleh tubuhnya yang mulia menembusi alam ruh.
Mustahil? Tidak ada yang mustahil bagi Allah, sebagaimana
firman-Nya dalam Surah Al An'am ayat 109:
"...Katakanlah,"Sesungguhnya, mukjizat-mukjizat itu hanya berada di
sisi Allah....".
Dalam Syarhul Muslim, Imam Nawawi berkata, "Pendapat yang
benar menurut kebanyakan kaum muslimin, ulama salaf, fuqaha, ahli hadits dan
ilmu tauhid adalah bahwa Nabi SAW di-Isra dan Mi'raj-kan dengan ruh dan
jasadnya. Semua nash menunjukkan hal ini dan tidak boleh ditakwil zahirnya
kecuali dengan adanya dalil." (Jilid 2 halaman 29).
Demikian halnya dengan Imam Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul
Bari Syarah 'ala Bukhari, "Sesungguhnya, Isra dan Mi'raj terjadi pada satu
malam, dalam keadaan sadar dengan jasad dan ruhnya. Pendapat inilah yang
diikuti oleh jumhur ulama, ahli hadits, ahli fiqh, dan ahli ilmu kalam. Semua
arti zahir dari hadits-hadits shahih menunjukkan pengertian tersebut, dan tidak
boleh dipalingkan kepada pengertian lain karena tidak ada sesuatu yang mengusik
akal untuk mentakwilnya." (Fathul Bari 7/136-137)
2. Kedudukan Baitul Maqdis yang mulia bagi umat islam di sisi
Allah SWT. Betapa kaum muslimin harus menjaga keberadaan Baitul Maqdis dari
tangan-tangan keji dan bernajis Yahudi.
3. Keagungan Syari'at Shalat 5 Waktu. Satu-satunya syari'at
diantara pilar agama yang paling penting, diterima oleh Nabi SAW di tempat
selain bumi adalah shalat. Seolah Nabi SAW dijamu oleh Allah SWT di tempat yang
agung di langit sana. Tempat dimana hanya Nabi SAW saja yang mampu
menembusinya. Bahkan Jibril, Mikail dan Israfil (konon menjadi makhluk yang
paling dekat dengan Allah) pun tidak mampu berdiri bahkan mendekat kepada Sidratul
Muntaha tersebut. Disinilah Allah mewahyukan kepada Muhammad apa yang telah
diwahyukan (syari'at shalat).
Syari'at shalat yang didapat Rasul SAW seolah berkesan dijemput
oleh Nabi SAW ke tempat yang mulia. Shalat juga disebut menjadi media pendekatan
(mi'raj)-nya umat kepada Allah SWT. Disebutkan dalam hadits yang panjang
riwayat Bukhari dan Muslim, syari'ah shalat awalnya dibebankan oleh Allah SWT
kepada umat Muhammad sebanyak 50 (waktu) kali dalam sehari. Namun para Nabi,
terutama Nabi Musa AS yang dijumpai oleh Nabi Muhammad SAW menyarankan kepada
Rasulullah SAW untuk meminta keringanan waktu. Sehingga dengan sifat Rahiim-Nya
Allah, menjadi 5 waktu saja dalam sehari semalam dibebankannya kewajiban shalat,
dengan porsi pahala yang sama dengan 50 waktu.
Untuk membaca sejarah peristiwa Isra dan Mi'raj, banyak sekali buku dan kitab-kitab yang meriwayatkan kisah Isra dan Mi'raj secara detail. Namun, demikian tidak menutup kemungkinan ada riwayat yang bercampur dengan kabar-kabar palsu.
Untuk membaca sejarah peristiwa Isra dan Mi'raj, banyak sekali buku dan kitab-kitab yang meriwayatkan kisah Isra dan Mi'raj secara detail. Namun, demikian tidak menutup kemungkinan ada riwayat yang bercampur dengan kabar-kabar palsu.
Dalam Buku Fiqh Sirah oleh Syeikh Asy-syahidul Mimbar Muhammad
Sa'id Ramadhan al Buthi disebutkan juga agar berhati-hati kepada kitab Mi'rajul
Ibni Abbas, dimana banyak sekali kisah dalam kitab tersebut yang disandarkan
kepada Sahabat sekaligus sepupu dari Nabi SAW (Abdullah bin 'Abbas bin Abdul
Mutthalib). Kata Syeikh, setiap orang yang berakal dan terpelajar (agama) pasti
mengetahui bahwa Ibn Abas terbebas dari segala kedustaan yang dituliskan
didalam buku tersebut. (Terj. Fiqh Sirah: Sirah Nabawiyah 142).
Syeikh Al Buthi juga mengatakan, sejarah peristiwa luar biasa ini hanya bisa didapat dan dipercaya melalui riwayat-riwayat shahih. Karena keghaiban yang terjadi di dalamnya. Hindarilah riwayat-riwayat palsu yang menyesatkan umat.
Wallahu a'lam bis-shawab.
Syeikh Al Buthi juga mengatakan, sejarah peristiwa luar biasa ini hanya bisa didapat dan dipercaya melalui riwayat-riwayat shahih. Karena keghaiban yang terjadi di dalamnya. Hindarilah riwayat-riwayat palsu yang menyesatkan umat.
Wallahu a'lam bis-shawab.