Dalam masa kini, mudahnya mendapat informasi dan bebasnya akses
umat untuk mendapatkan dan membagikan berita juga menjadi senjata yang dapat
melukai diri sendiri, disamping memudahkan kita mendapatkan informasi-informasi
yang positif dan membangun. Hal ini tentu saja menjadi salah satu bukti bahwa
masyarakkat kita belum begitu siap dengan kemajuan teknologi,, terutama
teknologi informasi.
Beberapa tahun belakangan, di masa reformasi dan kebebasan pers kita juga melihat di setiap stasiun
televisi mempunyai acara gosip. Bahkan di satu channel, memiliki tiga sampai
empat acara gosip. Di pagi, siang, sore dan malam.
Kala itu, masyarakat hanya menjadi konsumen, jika pun mendistribusi gosip,
lingkupnya masih lokal.
Memaknai Ghibah
Mengatai dan menceritakan sesuatu yang tidak disukai oleh seseorang yang menjadi objek gunjingan disebut dengan menggunjing mengumpat atau ghibah.
Ghibah yang paling ringan adalah memanggil orang lain dengan
sebutan yang tidak ia sukai, seperti warna kulitnya, atau ras
keturunannya, “hei, hitam, cina, atau lainnya” yang jika
dipanggil dengan nama itu ia tidak senang.
Atau pun dengan mengatai di belakangnya “si hitam, si pendek, si cina atau
lainnya”.
Sebuah hadits dari Nabi Saw, "Tahukah kalian apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, Allah dan rasulnya lebih tahu. Beliau mepanjutkan, ghibah itu membivarakan saudara mu dengan sesuatu yang tidak diaukainya. Kemudian seseorang djantara sahabat bertanya, "bagaimana jika yang kukatakan tentang saudara ku itu benar adanya?" Rasul bersabda, "jika benar yang kau bicarakan, berarti kau menggunjingnya, jika tidak, berarti kau telah berbohong."
Berkaitan dengan itu Hasal Al Basri berkata, "Ada 3 kategori membicarakan orang lain: ghibah, bohong dan gosip. Ghibah adalah gunjingan kita kepada orang lain, tentang sesuatu yang benar adanya. Sedangkan bohong adalah berkata sesuatu yang tidak ada padanya dan gosip adalah membicarakan orang lain dengan sesuatu yang sampai pada kita (desas-desus/ isu) belum tentu benar dan salahnya."
Kesemua
itu memiliki ketercelaan yang sama-sama dibenci oleh agama.
Ketercelaan Ghibah
Agar kita bisa terhindar dari ghibah baik berbentuk gunjingan, bohong atau gosip, kita perlu mengetahui tentang bahaya
dan ketercelaan ghibah dalam islam.
Yang pertama firman Allah yaitu surah al hujarat ayat 12.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.”
Perumpamaan dan oersamaan yang sungguh sangat menjijikkan dari Allah
tentang ghibah, yaitu memakan bangkai manusia (saudara kita sendiri).
Yang kedua ada hadits/ sunnah atau khabar dari Rasulullah "Janganlah kalian saling hasud. Saling dendam, salingbermusuhan da saling menggunjing dinantara kalian. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang salig bersaudara."
“Kalian juga mesti menghindari ghibah, karena ghibah itu lebih berbahaya daripada zina."
Bahkan disebutkan, Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa As bahwa orang yang mati dalam keadaan tobat dari ghibah akan menjadi orang yang paling akhir masuk surga, sedangkan orang yang mati dalam ghibah dan belum sempat bertobat menjadi yang paling awal masuk neraka.ancaman yang sangat menakutkan dari Allah swt tentang bahaya ghibah.
Ketiga ada atsar sahabat dan para salafussalih lainnya.
Abu Hurairah berujar, "orang yang memakan daging
saudaranya (menggunjing) di dunia, maka diakhirar kelak daging itu akan
didekatkan padanya, lalu dikatakan kepadanya "makanlah daging bangkai ini
sebagaimana engkau memakannya dalam keadaan hidup di dunia dulu."
Qatadah berkata "dikatakan kepada kami bahwa azab
kubur terjadi sebab 3 perkara, sepertiga dari ghibah dan sepertiga dari fitnah
dan sepertiga disebabkan oleh kencing."
Al hasan berkata "Demi Allah bagi seorang mukmin,
ghibah itu menggerogoti agamanya bahkan lehih cepat daripada penyakit kangker
menggerogoti tubuh badannya."
Ibnu Abbas berkata, "Jika engkau hendak menggunjing
ab-aib orang lain, ingatlah dulu tentang aib-aib mu yang sangat banyak."
Hasan Al Basri berkata, “Wahai anak Adam, engkau tidak akan mencapai hakikat iman sebelum engkau tidak lagi mencela aib orang lain dengan aib yang aib itu juga ada pada mu, sebelum engkau memperbaiki aib itu dari diri mu. Jika engkau melakukan itu (memperbaiki aib mu sendiri) tentu engkau akan sibuk memperbaikinya dan tak sempat lagi mencela orang lain. Dan yang demikianlah hamba yang paling dicintai oleh Allah."
Ali Zainal Abidin bin Al Husein berkata ketika ia mendengar seseirang menggunjng seseorang. "Hindarilah ghibah karena ghibah adalah lauk pauk anjing-anjing neraka."
Faktor Terjadinya Ghibah
Kenapa Ghibah sering terjadi, kita perlu mengetahui faktor-faktor
yang menjadikan seseorang berghibah. Setidaknya ada 8 faktor utama yang mendorong seseorang untuk menggunjing saudara.
Yang pertama adalah peluapan emosi dan kemarahan. Disaat emosi
kemarahannya meluap, ia akan membicarakan kejelekan-kejelekan pada orang yang
sedang ia marah.
Kedua adalah perasaan khawatir. Ia khawatir jika seseorang akan
menimpakannya suatu bahaya, sehingga ia membeberkan kejelekan orang itu kepada
orang lain yang punya power lebih kuat.
Ketiga adalah mengikuti kebiasaan teman (ikut-ikutan), yaitu
berusaha agar ia menjadi bagian dan sama dengan mereka.
Keempat adalah membersihkan nama baik dari tuduhan, sehingga pada
beberapa fase, ia malah membuka aib oranglain demi membela diri.
Kelima sombong, keinginannya untuk bergaya dan meninggikan dirinya
dengan mengerdilkan orang lain.
Keenam adalah iri dengki. Ia tak suka dengan kemewahan dan
kenikmatan yang didapat orang lain, sehingga dia membuka aib-aib yang tak
diketahui orang banyak. Hingga melakukan fitnah, menyebarkan berita bohong.
Ketujuh adalah melawak, kadang dalam menghabiskan waktu untuk
tertawa dan lucu-lucuan, kita malah menjadikan kekurangan oranglain sebagai
bahan lawakan.
Kedelapan adalah sarkasme yaitu berupa sindiran yang berbunyi
ejekan. Biasanya terjadi di hadapan orangnya langsung namun tak jarang menjadi
ghibah di belakang.
Obatnya adalah takut akan murka Allah, karena Allah SWT sudah menyatakan betapa buruknya perumpaan pelaku ghibah terhadap saudaranya.
Sebagaimana ia tidak suka digunjing orang, maka ia pun tidak mau
menggunjing orang lain.
Sedangkan kafarat/ tebusannya adalah mengakui segala kesalahan dihadapannya dan meminta maaf kepada orang yang dighibah selama ini. Jika tidak mampu,.maka ia harus bertaubat dan membalik.keadaan, dengan terus memuji dan mengabarkan segala kebaikan yang pernah ia perbuat juga mendoakan segala kebaikan untuk orang yang pernah dighibah olehnya.
Semoga kita semua mampu menahan lisan kita dari menggunjing dan memftnah saudara kita.
Sumber dari:
Syeikh yahya Ibn HAmzah Al Yamani Adz Zimari -Kitab Tashfiyatul
Qulub min Daran al Awzar wa al-dzunub- 749H.
Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh - Al Qabas An Nur al Mubin min
Ihya Ulumuddin