Salah satu pembatal puasa adalah benda yang
masuk ke dalam kerongkongan secara disengaja. Namun kemungkinan lain yang bisa
terjadi pada seseorang adalah bila dalam kondisi tertentu rongga mulutnya
dimasuki oleh benda atau serangga sampai tertelan hingga kerongkongannya
disebabkan menguap ataupun sedang membuka mulut saat berkendara lalu tiba-tiba
dimasuki oleh serangga, ataupun debu dan asap polusi, maka puasa orang tersebut
tidak batal.
Berikut sebagian penjelasan dari riwayat
sahabat maupun keterangan ulama mazhab;
Abdullah Ibn ‘Abbas radhiyallâhu ‘anhumâ;
عن ابن عباس في الرجل يدخل حلقه الذباب، قال:
لا يفطر
“Dari Ibn Abbas, tentang seseorang yang
dimasuki serangga pada kerongkongannya. Ibnu Abbas berkata; Puasanya tidak
batal”
(Ibn Abi Syaibah, al-Mushannaf,
vol.3, hal.107, no.9886)
Al-Imam Abu Muhammad
Ibn Ali Ibn Ahmad Ibn Sa‘id Ibn Hazm al-Andalusi (w.456H);
وما نعلم لابن عباس في هذا مخالفا من الصحابة
رضي الله عنهم إلا تلك الروايات الضعيفة عنه
“Kami tidak mengetahui para sahabat lain
yang berbeda dengan Ibnu Abbas terkait masalah ini, selain dari riwayat-riwayat
dhaif darinya (yang berbicara sebaliknya)”
(Ibn Hamz, al-Muhalla
Bi al-Atsar, vol.4, hal.350)

Al-Imam Abu Muhammad
Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah al-Maqdisi (w.630H);
فأما ما حصل منه عن غير قصد كالغبار الذي
يدخل حلقه من الطريق ونخل الدقيق والذبابة التي تدخل حلقه أو يرش عليه الماء فيدخل
مسامعه أو أنفه أو حلقه أو يلقي في ماء فيصل إلى جوفه أو يسبق إلى حلقه من ماء
المضمضة أو يصب في حلقه أو أنفه شيء كرها أو تداوى مأمومته أو جائفته بغير اختياره
أو يحجم كرها أو تقبله امرأة بغير اختياره فينزل أو ما أشبه هذا فلا يفسد صومه لا
نعلم فيه خلافا لأنه لا فعل له فلا يفطر كالاحتلام
“Adapun sesuatu yang terjadi pada orang
yang sedang berpuasa tanpa sengaja seperti debu di jalan yang masuk ke dalam
kerongkongannya, kabut tepung, dan serangga yang masuk ke dalam
kerongkongannya, atau percikan air yang masuk ke dalam pendengaran, hidung,
tenggorokan, ataupun dilempar ke dalam air sehingga kerongkongannya dimasuki
air, atau juga saat berkumur-kumur, termasuk juga seseorang yang dipaksa
memasukkan sesuatu ke dalam kerongkongan dan hidungnya, atau mengobati bolongan
pada kepalanya, dan itu semua bukan keinginannya, atau berbekam karena terpaksa,
atau bahkan dicium oleh seorang perempuan tanpa kehendaknya sehingga maninya
keluar, dan lain sebagainya, maka puasanya tidak batal. Kami pun tidak
mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam hal ini, karena sejatinya itu bukan
perbuatannya sehingga puasanya tidak batal, sama halnya dengan orang yang mimpi
hingga keluar mani”
(Ibn Qudamah, al-Mughni
Syarh Mukhtashar al-Kharqi, vol.3, hal.36)
Wallahu A’lam