TARBIYAH ONLINE: kaum jahiliyah

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label kaum jahiliyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kaum jahiliyah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 November 2017

Seri Sirah Nabawiyah | Kasih Sayang Fathimah dan Abu Thalib Kepada Muhammad

November 14, 2017

Tarbiyah.onlineSetelah meninggalnya sang kakek Abbdul Mutthalib, tongkat kepemimpinan Bani Hasyim, berpindah kepada paman Muhammad, saudara kandung dari Abdullah, ayahnya, Abu Thalib.

Muhammad kecil mendapatkan perhatian yang luar biasa dari Abu Thalib dan istrinya, Fathimah binti Asad. Kecintaan keduanya kepada Muhammad dicurahkan sebagaimana rasa cinta yang mereka curahkan kepada anak-anaknya yang lain. Bahkan Fathimah merasakan cinta yang lebih ia curahkan kepada Muhammad.

Si kecil Muhammad mendapatkan sosok ibu pada diri Fathimah sang Bibi. Bahkan di suatu waktu dengan polosnya Muhammad kecil memanggil Fathimah dengan sebutan ibu, bukan bibi. Terkejut Fathimah mendengarnya. Disatu sisi, ia memandang si kecil dengan rasa penuh iba, megingat si kecil yang tidak merasakan kasih sayang seorang ibu secara cukup.

Namun, di sisi lain dalam benaknya ia meerasakan kebahagiaan yang sangat mendalam. Seolah ada sejuta cahaya kebagiaan yang yang keluar dibalik panggilan itu melalui mulut mungil si kecil Muhammad yang sangat mulia itu. Ia mendekat kearah Muhammad kecil dan mendekapnya, menciuminya dengan penuh kasih sayang. Panggilan "ibu" yang dilontarkan dari si kecil berasa lebih berarti dan membuatnya bahagia, bahkan melebihi rasa yang didapat ketika anak-anaknya memanggilnya dengan sebutan ibu.


Hari terus berlalu, Muhammad kecil ikut merasakan pengawasan Fathimah kepadanya tak pernah absen meskipun sehari. Dan Fathimah merasakan kecemasan ketika melihat perubahan pada sikap Muhammad kecil yang sering menyendiri, sering murung dan lebih pendiam. Seolah Muhammad kecil sedang memikirkan suatu hal yang sangat besar, namun mulutnya terkunci untuk menceritakan apa yang ada di benaknya. Fathimah takut kalau-kalau, penyakit aneh tertimpa kepada Muhammad kecil yang sangat dicintainya.

Fathimah yang semakin cemas, melaporkan kepada sang suami, Abu Thalib. Abu Thalib pun ikut memperhatikan Muhammad kecil, dan mencoba mereka-mereka, apa masalah yang sedang dipikirkan dan dihadapi oleh si kecil, namun mentok, mereka berdua tak mampu menjangkaunya. Hanya saja, dengan epenuh keyakinan dan harapan Abu Thalib berujar kepada istrinya,” Biarkan saja dia, Tuhan pasti akan menjaganya.” Dan ucapan itu terus menerus keluar dari mulut sang paman ketika istrinya mengadukan hal yang sama.

Muhammad merasakan bahwa dirinya selalu diawasi dan dijaga oleh Allah SWT. Yang merupakan salah satu tanda kenabian. Pernah ia diajak kepada berhala oleh paman-paman dan bibi-bibinya. Tapi ia selalu menolak. Hingga pada sebuah kesempatan dan momentum upacara “Bawwanah” sebuah berhala yang besar dan sangat dihormati oleh kaum Qurais dimana mereka akan melakukan ritual, dan meditasi sepanjang hari disana. Muhammad tak bisa menolak untuk menghadirinya, hingga ia pun ikut ke dalam kerumunan tersebut.  Disinilah Muhammad mengalah kepada para paman dan bibi-bibinya.

Di tengah kekhusyukan orang-oarng dewasa, terdapat anak-anak yang tidak penurut. Sebagaimana umumnya dunia anak-anak, mereka lebih banyak memilih melakukan permainan daripada ikut dalam upara. Muhammad pun menghilang dari kerumunan orang yang beribadat itu bersama banyaknya anak-anak yang berlarian kesana kemari. Bahkan Abu Thalib dan istrinya melihat Muhammad tak ada bersama kerumunan anak-anak. Pecah hati sang paman dan bibinya. Mereka keluar berhamburan mencari Muhammad kecil. Ditemukan si kecil sedang bersembunyi di salah satu sudut rumah dalam keadaan gemetar dan sangat ketakutan.



Bibi dan pamannya menanyakan ada apa gerangan hingga Muhammad demikian. Dijawab olehnya “Setiap aku mendekat ke salah satu berhala itu, ada sosok dengan jubah putih menghadang ku, dan berkata agar aku tidak kearah berhala itu. Ketika aku mendekati Bawwanah, ia menegah ‘Awas di belakang mu, Muhammad jangan sentuh itu’.”

Terdiam dan terkagum paman dan bibinya mendengar penuturan dan pengakuan Muhammad kecil. Mereka sadar, bahwa terdapat ribuan misteri di belakang si kecil, dan dia memiliki sesuatu yang sangat istimewa. Sejak saat itu, Muhammad tak pernah lagi diajak menuju tempat berhala, dan semua bibi-bibinya tak berani lagi mengusiknya.

Hal lain yang mereka saksikan adalah Muhammad tidak memakan bahkan menyentuh pun tidak jika makanan dan daiging hewan kurban yang disembelih sebagai sesaji dan sesembahan kepada berhala. Ini membuat meereka semua takjub, memngingat usia Muhammad yang masih sangat belia. Dan membuat mereka menyadari Muhammad yang bersamanya, bukanlah orang sembarangan.
Read More

Kamis, 09 November 2017

Ketahuilah Sejarah Asal Mula Bangsa Arab Quraisy Menjadi Kaum Jahiliyah di Masa Fatrah

November 09, 2017

Tarbiyah.onlineJahiliyah, bukanlah kebodohan tanpa memiliki ilmu pengetahuan terhadap ilmu dunia. Tapi hakikat jahiliyah adalah menutup mata dari kebenaran, atau bahkan berpaling dari kebenaran yang sebelumnya menjadi pakaian, lalu digantinya dengan baju-baju kesesatan tiada mendasar. Abai, adalah punca dari kejahilan. Lalu, siapa yang menjadi dedengkot (penggagas) praktik jahiliyah yang memalingkan kaum bangsa Arab di masa lalu setelah risalah Ibrahim dan Ismail dipegang teguh oleh mereka?

Kita tahu, bangsa Arab adalah anak keturunan dari Naabiyullah Ismail bin Ibrahim As. Sebagaimana diketahui bersama kisah Nabi Ismail yang tumbuh besar dan hidup di Mekkah, hingga menjadi pusat kemukiman dan peradaban Arab setelahnya.

Maka tak heran jika millah dan minhaj Ibrahim dan Ismail As. masih mereka warisi. Agama yang lurus (hanif) itulah jawaban kenapa ibadah haji, umrah, thawaf, wuquf di Arafah dan qurban telah menjadi ritual keagamaan setiap tahunnya oleh bangsa Arab, bahkan sebelum Islam. Meskipun pada masa-masa tertentu, banyak praktik jahiliyah menyusup kedalam masyarakat dan diteruskan oleh generasi setelahnya. Dan disebutkan bahwa orang pertama yang mengajak kepada kemusyrikan dan menyembah berhala pertama adalah Amr bin Luhayyi bin Qam’ah.

Ulama Sirah masa awal, Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim ibnul Hharits At-Tamimi: Shalih as-Saman menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda pada Aktsam bin Jun al-Lhuza’i,’Wahai Aktsam, aku pernah melihat Amr bin Luhayyi bin Qam’ah bin Khandaf ditarik usus-ususnya ke dalam neraka. Aku tidak melihat seorang pun mirip (wajah) dengannya kecuali kamu.’ Aktsam lalu berkata,’Apakah kemiripan rupa tersebut akan membahayakan aku, wahai Rasulullah.?’ Rasul pun menjawab, Tidak, sebab kamu Mukmin sedang dia kafir. Sesungguhnya, dia adalah orang yang ertama mengubah agama Ismail as. Selanjutnya, dia membuat patung-patung, memotong teelinga binatang untuk dipersembahkan kepada thagut-thagut, menyembelih binatang untuh tuhan-tuhan mereka, membiarkan unta-unta untuk sesembahan, dan memerintahkan untuk tidak menaiki unta tertentu karena keyakinan kepada berhala’.

 

Dan Ibnu Hisyam meriwayatkan bagaimana Amr bin Luhayyi ini memasukkan penyembaan berhala kepada bangsa Arab.

Ia berkata, “Amr bin Luhayyi keluar Mekkah ke Syam untuk suatu keperluannya. Ketika sesampainya di Ma’ab, di daerah Balqa’, pada waktu itu di tempat tersebut terdapat anak keturunan Amliq bin Laudz bin Sam bin Nuh. Dia melihat mereka menyembah berhala-berhala. Amr bin Luhayyi lalu berkata kepada mereka, ‘Berhala-berhala apakah yang kamu sembah ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah berhala-berhala yang kami sembah, kepadanya kai meminta hujan, lalu kami diberi hujan. Kami minta kepadaya pertolongan, dia menolong kami.’ Amr bin Luhayyi lalu berkata lagi, ‘ Bolehkan kamu berkan satu berhala kepada ku untuk kubawa ke negeri Arab agar mereka juga menyembahnya?’ Mereka pun memberikan sau berhala yang bernama Hubal. Lalu Amr membawanya pulang ke Mekkah dan dipasanglah berhala tersebut. Selanjutnya ia meminta dan memerintahkan orang-orang untuk menyembah dan menghormatinya.”

Demikianlah, penyembahan berhala dan kemusyrikan lahir dan tersebar di jazirah Arab. Mereka meninggalkan aqidah tauhid, dan mengganti agama Ibrahim dan Ismail dan yang lainnya. Akhirnya mereka mengalami kesesatan, meyakini berbagai keyakinan keliru dan melakukan tidakan-tindakan buruk sebagaimana umat lainnya yang dahhulu. Mereka kaum Arab melakukan semua kebohdohan itu disebabkan kebodohan, ke-ummi-an (buta huruf) dan juga karena demi membalas dendam kesumat terhadap kabilah-kabilah dan bangsa di sekitarnya.

Itulah kejahilan. Disebut atas mereka sebagai kaum jahiliyah. Mereka meninggalkan yang benar, demi meyakini sesuatu yang salah dan menyesatkan, yang dimulai dari sikap abai yang terlalu lama.

****
Dikutip dari Kitab Fiqh Sirah (Sirah Nabawiyah-terjemah) susunan Syeikh Sa'id Ramadhan Al Buthi
Read More