Kita tahu, bangsa Arab adalah
anak keturunan dari Naabiyullah Ismail bin Ibrahim As. Sebagaimana diketahui bersama
kisah Nabi Ismail yang tumbuh besar dan hidup di Mekkah, hingga menjadi pusat kemukiman
dan peradaban Arab setelahnya.
Maka tak heran jika millah dan minhaj Ibrahim dan Ismail As. masih mereka warisi. Agama yang lurus (hanif) itulah jawaban kenapa ibadah haji, umrah, thawaf, wuquf di Arafah dan qurban telah menjadi ritual keagamaan setiap tahunnya oleh bangsa Arab, bahkan sebelum Islam. Meskipun pada masa-masa tertentu, banyak praktik jahiliyah menyusup kedalam masyarakat dan diteruskan oleh generasi setelahnya. Dan disebutkan bahwa orang pertama yang mengajak kepada kemusyrikan dan menyembah berhala pertama adalah Amr bin Luhayyi bin Qam’ah.
Maka tak heran jika millah dan minhaj Ibrahim dan Ismail As. masih mereka warisi. Agama yang lurus (hanif) itulah jawaban kenapa ibadah haji, umrah, thawaf, wuquf di Arafah dan qurban telah menjadi ritual keagamaan setiap tahunnya oleh bangsa Arab, bahkan sebelum Islam. Meskipun pada masa-masa tertentu, banyak praktik jahiliyah menyusup kedalam masyarakat dan diteruskan oleh generasi setelahnya. Dan disebutkan bahwa orang pertama yang mengajak kepada kemusyrikan dan menyembah berhala pertama adalah Amr bin Luhayyi bin Qam’ah.
Ulama Sirah masa awal, Ibnu Ishaq
meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim ibnul Hharits At-Tamimi: Shalih as-Saman
menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata: “Aku
pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda pada Aktsam bin Jun al-Lhuza’i,’Wahai
Aktsam, aku pernah melihat Amr bin Luhayyi bin Qam’ah bin Khandaf ditarik
usus-ususnya ke dalam neraka. Aku tidak melihat seorang pun mirip (wajah)
dengannya kecuali kamu.’ Aktsam lalu berkata,’Apakah kemiripan rupa tersebut
akan membahayakan aku, wahai Rasulullah.?’ Rasul pun menjawab, Tidak, sebab
kamu Mukmin sedang dia kafir. Sesungguhnya, dia adalah orang yang ertama
mengubah agama Ismail as. Selanjutnya, dia membuat patung-patung, memotong
teelinga binatang untuk dipersembahkan kepada thagut-thagut, menyembelih
binatang untuh tuhan-tuhan mereka, membiarkan unta-unta untuk sesembahan, dan
memerintahkan untuk tidak menaiki unta tertentu karena keyakinan kepada berhala’.”
Dan Ibnu Hisyam meriwayatkan
bagaimana Amr bin Luhayyi ini memasukkan penyembaan berhala kepada bangsa Arab.
Ia berkata, “Amr bin Luhayyi keluar Mekkah ke Syam untuk suatu keperluannya. Ketika sesampainya di Ma’ab, di daerah Balqa’, pada waktu itu di tempat tersebut terdapat anak keturunan Amliq bin Laudz bin Sam bin Nuh. Dia melihat mereka menyembah berhala-berhala. Amr bin Luhayyi lalu berkata kepada mereka, ‘Berhala-berhala apakah yang kamu sembah ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah berhala-berhala yang kami sembah, kepadanya kai meminta hujan, lalu kami diberi hujan. Kami minta kepadaya pertolongan, dia menolong kami.’ Amr bin Luhayyi lalu berkata lagi, ‘ Bolehkan kamu berkan satu berhala kepada ku untuk kubawa ke negeri Arab agar mereka juga menyembahnya?’ Mereka pun memberikan sau berhala yang bernama Hubal. Lalu Amr membawanya pulang ke Mekkah dan dipasanglah berhala tersebut. Selanjutnya ia meminta dan memerintahkan orang-orang untuk menyembah dan menghormatinya.”
Ia berkata, “Amr bin Luhayyi keluar Mekkah ke Syam untuk suatu keperluannya. Ketika sesampainya di Ma’ab, di daerah Balqa’, pada waktu itu di tempat tersebut terdapat anak keturunan Amliq bin Laudz bin Sam bin Nuh. Dia melihat mereka menyembah berhala-berhala. Amr bin Luhayyi lalu berkata kepada mereka, ‘Berhala-berhala apakah yang kamu sembah ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah berhala-berhala yang kami sembah, kepadanya kai meminta hujan, lalu kami diberi hujan. Kami minta kepadaya pertolongan, dia menolong kami.’ Amr bin Luhayyi lalu berkata lagi, ‘ Bolehkan kamu berkan satu berhala kepada ku untuk kubawa ke negeri Arab agar mereka juga menyembahnya?’ Mereka pun memberikan sau berhala yang bernama Hubal. Lalu Amr membawanya pulang ke Mekkah dan dipasanglah berhala tersebut. Selanjutnya ia meminta dan memerintahkan orang-orang untuk menyembah dan menghormatinya.”
Demikianlah, penyembahan berhala
dan kemusyrikan lahir dan tersebar di jazirah Arab. Mereka meninggalkan aqidah
tauhid, dan mengganti agama Ibrahim dan Ismail dan yang lainnya. Akhirnya
mereka mengalami kesesatan, meyakini berbagai keyakinan keliru dan melakukan
tidakan-tindakan buruk sebagaimana umat lainnya yang dahhulu. Mereka kaum Arab
melakukan semua kebohdohan itu disebabkan kebodohan, ke-ummi-an (buta huruf)
dan juga karena demi membalas dendam kesumat terhadap kabilah-kabilah dan
bangsa di sekitarnya.
Itulah kejahilan. Disebut atas
mereka sebagai kaum jahiliyah. Mereka meninggalkan yang benar, demi meyakini
sesuatu yang salah dan menyesatkan, yang dimulai dari sikap abai yang terlalu
lama.
****
Dikutip dari Kitab Fiqh Sirah (Sirah Nabawiyah-terjemah) susunan Syeikh Sa'id Ramadhan Al Buthi

