TARBIYAH ONLINE: Akhlak mulia

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label Akhlak mulia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akhlak mulia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Oktober 2020

Bahaya Lisan Menurut Imām al-Ghazali dalam Kitab al-Arba‘in Fī Ushuliddīn

Oktober 07, 2020

Tasawuf | Pada hakikatnya manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, namun banyaknya perbuatan-perbuatan yang dapat membuat hati kotor, dengan banyaknya pergaulan dalam kehidupan dapat menjurumuskan kita dalam sifat ria, iri dan dengki, Imam Ghazali berpendapat bahwa dengan banyak nya pergaulan akan menjdi pemicu hati kotor, namun perlu dipahami bahwa pergaulan disini berbeda halnya dengan pergaulan bersama alim Ulama, yang mana jika dalam perkumpulan itu terdapat majlis ilmu.


Hati yang kotor salah satunya disebabkan oleh lemah nya iman, terutama diakibatkan oleh lisan, karena lisan seperti pedang, disini dapat dilihat betapa bahayanya lisan ketika berbicara, kebohongan-kebohongan yang diucapkan oleh lisan serta mengunjing orang lain atau ghibah yang berasal dari lisan.


Sebagaimana Allah berfirman dalam surat, al-Nisa ayat 114 sebagai berikut.


 لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰىهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَاحٍۢ بَيْنَ النَّاسِۗ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا

Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.


Menurut Imam al-Ghazali dalam Kitab Arba’in fi Ushul al-Din Yang dimaksud adalah janganlah berbicara jika tidak bermanfaat, dan bicarakanlah pada hal-hal yang penting, maka akan mendapat keselamatan, selanjutnya, keteuhilah perkara bencana yang menimbulkan dosa ialah : berbohong, ghibah, ingin dipuji dan banyak bercanda. Maka tidak lepas seorang hamba yang berbohong dan berusaha untuk terus berbohong sampai Allah akan menetapkan dirinya sebagai seorang pembohong, bahwa berbohong itu haram dalam segala perkara, kecuali dalam keadaan darurat, sebagaimana seorang wanita kepada anak kecil.


Namun terdapat keringanan apabila berbohong itu lebih baik daripada jujur seperti dalam perkara dibolehkan bagi sesorang yang apabila meninggalkan perkara itu akan mendapatkan perkara yang bahaya akan datang apabila tidak melakukannya seperti memakan bangkai, sebagaimana dikatakan oleh Ummu Kultsum r.a, Rasulullah SAW tidak memberikan keringanan dalam kebohongan kecuali tida perkara:

– Seseorang yang berkata dalam maksud kebaikan

– Seseorang yang berkata dalam peperangan, disini dapat digaris bawahi disini guna melindungi seseorang dari lawan

– Dan seorang suami yang berbicara kepada istri (berkata baik kepada istri agar tidak menyakiti hatinya).


Menurut Imam Ghazali, ghibah secara istilah berarti tidak hanya melakukan pengungkapan aib seseorang secara lisan, melainkan termasuk pula pengungkapan melalui perbuatan, seperti melalui isyarat tangan, mata, tulisan, cerita dan sebagainya yang dapat dimengerti maksudnya. Di antara aib tersebut adalah kekurangan seseorang pada tubuh, keturunan, akhlak, perbuatan, ucapan, agama, pakaian, tempat tinggal,kendaraan, dan lain sebagainya, begitupulah dengan seseorang yang mendengarkan ghibah yang terkadang tampak jelas menyukai dari perkatan seorang yang ghibah sampai bertambah semangatnya dalam ghibah (Imam al-Ghazali Kitab al-Arba’in Fi Ushul al-Din Beyrut hlm.84-85)


Akibat dari ghibah ialah dapat melukai hati seseorang, menimbulkan permusuhan, mengacaukan hubungan kemasyarakatan, dan memunculkan rasa saling curiga, berbagai potensi dampak ini kemudian mendorong Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa terkait gosip atau gibah di media social (Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2017, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, hlm. 1-20) adanya fatwa dari lembaga Majelis Ulama Indonesia tidak lantas menghentikan perilaku masyarakat dalam bergosip baik melalui media sosial maupun secara langsung. Membicarakan keburukan sesama manusia seolah telah menjadi sebuah kewajaran di masa kini dengan adanya tayangan-tayangan yang menyajikan acara gossip, Sebagaimana dalam surat al-Hujurat ayat 12.


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ


Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.


Sama halnya dengan pendapat Yusuf Al Qardhawi mengharamkan ghibah Karena ghibah merupakan perbuatan yang menunjukan kelicikan Ini menunjukan kelicikannya, sebab sama dengan menusuk dari belakang, sikap semacam ini salah satu bentuk daripada penghancuran. Sebab pengumpatan ini berarti melawan orang yang tidak berdaya. Ghibah disebut juga suatu ajakan merusak, sebab sedikit sekali orang yang lidahnya dapat selamat dari cela dan cerca (Yusuf Al Qardhawi, Al Halal Wa al Haram Fi al Islam, hal. 305).

Namun dalam beberapa hal tertentu, ada bentuk ghibah yang wajib untuk di lakukan, seperti hal nya menggungkapkan keburukan orang lain saat menjadi saksi di pengadilan. Namun dalam hal ini penulis tidak membahas mengenai tentang kewajiban seorang saksi.


Oleh Ulfah Nur Azizah, Mahasiswi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Pegiat Kajian Keislaman dan Al-Qur'an, dan Muballigh Koordinasi Dakwah Islam DKI Jakarta.


Artikel ini telah tayang di situs Harakatuna pada September lalu.

Read More

Kamis, 02 Juli 2020

4 Hal Yang Membuat Ilmu Hilang Berkah dan Tidak Bermanfaat

Juli 02, 2020

Tasawuf | Mencari ilmu bagi orang Islam hukumnya adalah wajib. Hal ini ditegaskan melalui sabda Nabi Muhammad yang berbunyi “Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi orang Islam baik laki-laki maupun perempuan”.


Banyak sekali keistimewaan para pencari Ilmu, dalam Al-Quran sendiri disebutkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Karena keistimewaan ini, bahkan orang Islam sangat dianjurkan untuk mencari ilmu walaupun harus sampai ke Negeri China, begitulah sabda Nabi Muhammad.


Para mencari ilmu selalu berharap kepada Allah SWT semoga ilmu yang didapatkan akan bermanfaat baik untuk dirinya, agamanya, bangsanya, negaranya dan masyarakat tentunya. Seorang bijak bestari yang juga merupakan kekasih Allah, Syeikh Abu Hasan As-Syadzili menyatakan tidak akan bermanfaat ilmu seseorang selama masih dibarengi dengan empat hal, yaitu:


1. Cinta Dunia

Cinta dunia merupakan pangkal dari segala kerusakan yang ada di dunia ini, Nabi Muhammad bersabda

حب الدنيا رأس كل خطيئة

Artinya: “Cinta dunia merupakan pangkal dari kerusakan dan kesalahan”. [HR. Baihaki].


Orang yang sudah cinta dunia biasanya dan kebanyakan akan lupa kepada kehidupan akhirat. Mereka yang sudah terlenakan dengan cinta dunia akan terus menerus mengejar dunia. Mereka menyangka bahwa harta dunia bisa membuatnya abadi, padahal tidak, justru harta benda akan menghancurkannya seperti kisah Qorun.


Dalam Al-Quran sendiri orang telah cinta dunia akan terus mengejar harta benda dan yang bisa menghentikan semua itu adalah kematian. Padahal sebagaimana diketahui bahwa dunia adalah tempat sementara dan akhirat adalah tempat keabadian.


Dengan demikian orang yang masih memiliki sifat cinta dunia ilmu tidak akan bermanfaat karena ilmu yang dimiliki akan kalah dengan godaan dunia berupa uang pangkat dan jabatan.


2. Lupa Kehidupan Akhirat.

Ilmu yang dimiliki seseorang tidak akan bermanfaat apabila dalam hatinya ada rasa lalai terhadap kehidupan akhirat. Lupa terhadap akhirat ini diawali dengan rasa cinta kepada dunia yang berlebihan.


Sejatinya hadirnya agama Islam di dunia ini selain untuk menyempurnakan ahlak juga untuk memberi tahu manusia akan kehidupan yang abadi. Sehingga orang yang hidup didunia ini bisa menahan untuk berbuat maksiat karena setiap hal yang dilakukan akan dimintai pertanggung jawaban.


3. Takut Akan Kemiskinan

Ilmu yang dimiliki seseorang juga tidak akan pernah bermanfaat apabila dalam dirinya juga bersemayan rasa takut akan kemiskinan. Pada umumnya orang yang takut miskin akan melakukan segala hal yang menjadikanya kaya. Ia tidak lagi mempedulikan lagi mana batasan halal dan haram dalam mencari rezeki. Padahal mencari harta yang halal adalah kewajiban bagi setiap orang Islam.


Jika telah demikian, bagiamana mungkin ilmunya akan bermanfaat apabila ia menerjang ketentuan-ketentuan yang telah diatur agama…?


4. Takut Kepada Manusia

Orang yang takut kepada manusia biasanya ilmunya juga tidak bermanfaat. Biasanya orang seperti ini akan tunduk kepada ketentuan-ketentuan manusia lainnya, sehingga ilmu yang dimilikinya akan kalah tunduk dengan ketentuan-ketentuan manusia.


Orang yang takut pada manusia sudah tentu akan melakukan sesuatu yang diridhoi oleh manusia. Padahal mencari ridho atau kesenangan manusia terhadap dirinya adalah hal yang mustahil.


Demikian empat hal yang apabila dimiliki oleh orang yang berilmu, ilmunya tidak akan pernah bermanfaat. Semoga Allah selalu memberkahi ilmu yang kita miliki dan menjauhkan dari empat hal ini, Amin.

Oleh Khalwani Ahmad, Pemerhati Sejarah Peradaban Islam Nusantara.

Artikel ini telah tayang di Harakatuna pada Juni lalu.

Read More

Selasa, 19 Desember 2017

Kedudukan Akhlak Dalam Islam

Desember 19, 2017

 

Pengertian Akhlak

Akhlak menurut bahasa: Berasal dari kata  'khulq' yang bererti perilaku, perangai atau tabiat.
Maksud ni terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah s.a.w yang bermaksud: "Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran."
Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah s.a.w yang semuanya merupakan pelaksanaan ajaran al-Quran.
Akhlak menurut istilah:
Menurut Imam al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu."
Menurut Ibnu Maskawih, "Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih dahulu."

Hubungan Antara Akhlak dan Iman

“Aku diutus ke dunia ini untuk memnyempurnakan akhik yang baik.” (H.R Ahmad)
Jadi salah satu sebab diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi nabi adalah untuk memperbaiki akhlak individu dan masyarakat. 

Ketika Rasulullah ditanya: “Siapakah orang beriman yang paling utama imannya?” Maka beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud). Akhlak memiliki kedudukan yang sangat dekat dengan akidah. Allah telah menamakan iman dengan kebaikan dalam firman-Nya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al-Baqarah: 177).
Bahkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Iman itu mempunyai enam puluh cabang lebih. Cabang yang paling utama adalah kalimat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan yang paling bawah adalah membersihkan gangguan dari jalan dan malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim).
Allah SWT berfirman: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka.” (Al-Jumuah: 2)

Hubungan Antara Akhlak dan Ibadah

  • Shalat: “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45)
  • Zakat: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103). Walaupun hakikat zakat adalah berbuat kebaikan bagi manusia tetapi tujuan lainnya adalah mendidik jiwa dan membersihkannya dari akhlak yang buruk.
  • Puasa: “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183). Jadi tujuan dari puasa adalah agar bertakwa kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan jahat dan melakukannya maka tidak ada bagi Allah keperluan darinya untuk meninggalkan makan dan minumnya (yakni Allah tidak menerima puasanya).” (HR. Al-Bukhari). Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah akhlaknya terhadap manusia maka berarti puasanya belum mencapai target yang sesungguhnya. 

Akhlak Penentu Tempat di Akhirat

“Sesungguhnya dari kamu sekalian yang paling aku cintai dan tempatnya paling dekat dengan ku nanti pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling aku benci adalahdan tempatnya paling jauh dari aku adalah At-Tsartatsarun (tukang cloteh dan tukang teriak), Al-Mutasyaddiqun (orang yang lebar sudut mulutnya), dan Al-Mutfaihiqun.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami tahu arti At-Tsartatsarun dan Al-Mutasyaddiqun, tapi siapa Al--Mutfaihiqun?” Beliau menjawab, “mereka addalah orang-oran yang sombong.” (H.R Ahmad, Tarmidzi, Ibn Hibban).
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Pemurah, senang dengan kemurahan dengan akhlak yang luhur dan benci terhadap sesuatu yang rendah (buruk).” (H.R Al Baihaqi).


Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada akhlak mulia yang disimpan di timbangan nanti. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia akan sederajat dengan orang yang berpuasa dan menunaikan shalat.” (HR. At-Tirmidzi)

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kebanyakan orang masuk surga karena takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Juga sabdanya “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat posisinya dariku pada hari kiamat nanti adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi)

Sabdanya, “Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar, dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun dia bercanda, serta rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus.” (HR. Abu Dawud)

Gambaran Akhlak Rasulullah



Ketika Fathu Makkah Ia SAW berjalan kaki, dan terlihatlah bagaimana Sayyidul Khalq (Tuannya para makhluk) yang melebihi keagungan serta kewibawaan para raja dan di akhirat kedudukannya lebih mulya lagi disisi Tuhannya.

Rasulullah Saw disibukkan untuk mengatur dunia dan syariat bagi dirinya dan umatnya. Ketika beliau berjalan kaki dengan pasukannya, beliau menemukan anjing betina sedang menggonggong kepada anak-anaknya-sambil kencing kepada mereka- karena ketakutan, ketakutan anjing betina tadi karena kewibawaan para pasukan muslim yang melakukan perjalanan menuju Fathu Makkah. Maka Nabi memanggil Juail bin Suraqah dan memerintahkannya untuk berhenti, sedang beliau menjaga serta melindungi anjing betina dan anak-anaknya tadi dari pasukan-pasukan yang lain, beliaupun berdiri didekat Anjing betina sehingga para pasukan berlalu.

Dalam sebuah kajian Syeikh Ali Jumu’ah pernah bertanya kepada jama’ah :
”Apakah kalian merenungkan apa yang Nabi ajarkan untuk kita? Hewan lemah yang menurut mayoritas ahli fiqih najis namun Nabi berinteraksi dengannya sebagai makhluk yang diciptakan Allah, sabdanya, "Pada setiap makhluk yang masih memiliki kehidupan terdapat pahalanya". Rasulullah adalah Tuan para makhluk, Tuannya dua dunia bersedia berdiri dan menyibukkan perhatiannya terhadap anjing betina yang sedang ketakutan kalau terjadi apa-apa terhadap anak-anaknya, sebagai kasih sayang kepada anjing betina dan pengajaran bagi kita semua.”




Kesimpulan

Akhlak terpuji mengajak kepada fitrah salimah (asal keselamatan). Orang-orang yang menggunakan akal sehat sepakat bahwa jujur, menepati janji, dermawan, sabar, berani, dan bersyukur adalah sifat yang baik dan akhlak yang agung. Siapapun yang memiliki sifat tersebut layak dipuji dan dimuliakan. Sebaliknya, sifat dusta, khianat, penakut dan kikiradalah sifat buruk. Dan yang memilikinya patut dicela.

Seorang Muslim yang berakhlak terpuji adalah orang yang mengumpulkan sifat-sifat luhur dan jauh dari sifat-sifat buruk. Rasulullah telah mengarahkan kita kepada akhlak yang baik dalam sabda Beliau kepada sahabatnya Uqbah bib ‘Amir, “Wahai ‘Uqbah, apakah aku belum pernah memberi tahu tentang akhlak paling utama bagi penduduk dunia dan akhirat? Yakni menyambung hubungan dengan orang yang memutus kamu, memaafkan orang yang menzalimi kamu dan memberi orang yang tidak memberi kepada mu”. (H.R Ahmad, Hakim, At-Thabrani, al Baihaqi).

Sedang tanda-tanda akhlak baik telah terkumpul dalam bersikap yaitu malu, baik, jujur, sedikit bicara, banyak beramal, meninggalkan perkara yang tidak ada unanya, berbakti kepada orangtua, menyambung silaturrahim, sabar, syukur, bijaksana, dan menghindari hal yang tidak baik. Sumber akhlak yang terpuji adalah kehusyu’an dan cita-cita yang tinggi  (Allah SWT).



Read More