Akhlak menurut
bahasa: Berasal dari kata 'khulq' yang bererti perilaku,
perangai atau tabiat.
Maksud ni
terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah s.a.w yang
bermaksud: "Akhlaknya (Rasulullah) adalah al-Quran."
Akhlak
Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas ialah kepercayaan,
keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah s.a.w yang semuanya
merupakan pelaksanaan ajaran al-Quran.
Akhlak menurut istilah:
Menurut Imam
al-Ghazali, "Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan terlebih dahulu."
Menurut Ibnu
Maskawih, "Akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pertimbangan akal fikiran terlebih
dahulu."
Hubungan Antara Akhlak dan Iman
“Aku diutus ke dunia ini untuk memnyempurnakan akhik yang baik.” (H.R Ahmad)
Jadi salah satu
sebab diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi nabi adalah untuk memperbaiki
akhlak individu dan masyarakat.
Ketika
Rasulullah ditanya: “Siapakah orang beriman yang paling utama imannya?” Maka
beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud).
Akhlak memiliki kedudukan yang sangat dekat dengan akidah. Allah telah
menamakan iman dengan kebaikan dalam firman-Nya: “Bukanlah menghadapkan
wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al-Baqarah: 177).
Bahkan sabda
Nabi Muhammad SAW: “Iman itu mempunyai enam puluh cabang lebih. Cabang yang
paling utama adalah kalimat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan yang paling
bawah adalah membersihkan gangguan dari jalan dan malu merupakan bagian dari
iman.” (HR. Muslim).
Allah SWT
berfirman: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka.”
(Al-Jumuah: 2)
Hubungan Antara Akhlak dan Ibadah
- Shalat: “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45)
- Zakat: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (At-Taubah: 103). Walaupun hakikat zakat adalah berbuat kebaikan bagi manusia tetapi tujuan lainnya adalah mendidik jiwa dan membersihkannya dari akhlak yang buruk.
- Puasa: “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183). Jadi tujuan dari puasa adalah agar bertakwa kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan jahat dan melakukannya maka tidak ada bagi Allah keperluan darinya untuk meninggalkan makan dan minumnya (yakni Allah tidak menerima puasanya).” (HR. Al-Bukhari). Barangsiapa yang puasanya tidak mengubah akhlaknya terhadap manusia maka berarti puasanya belum mencapai target yang sesungguhnya.
Akhlak Penentu Tempat di Akhirat
“Sesungguhnya dari kamu sekalian yang paling aku cintai dan
tempatnya paling dekat dengan ku nanti pada hari kiamat adalah yang paling baik
akhlaknya. Dan yang paling aku benci adalahdan tempatnya paling jauh dari aku
adalah At-Tsartatsarun (tukang cloteh dan tukang teriak), Al-Mutasyaddiqun (orang
yang lebar sudut mulutnya), dan Al-Mutfaihiqun.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
kami tahu arti At-Tsartatsarun dan Al-Mutasyaddiqun, tapi siapa Al--Mutfaihiqun?”
Beliau menjawab, “mereka addalah orang-oran yang sombong.” (H.R Ahmad, Tarmidzi, Ibn Hibban).
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Pemurah, senang dengan kemurahan
dengan akhlak yang luhur dan benci terhadap sesuatu yang rendah (buruk).” (H.R Al Baihaqi).
Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada akhlak mulia yang
disimpan di timbangan nanti. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia akan
sederajat dengan orang yang berpuasa dan menunaikan shalat.” (HR.
At-Tirmidzi)
Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Kebanyakan orang masuk surga karena takwa kepada Allah dan akhlak
yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Juga sabdanya “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling
dekat posisinya dariku pada hari kiamat nanti adalah yang paling mulia akhlaknya.”
(HR. At-Tirmidzi)
Sabdanya, “Aku akan memberikan jaminan sebuah
rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia
benar, dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun
dia bercanda, serta rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya
bagus.” (HR. Abu Dawud)
Gambaran Akhlak Rasulullah
Ketika Fathu Makkah Ia SAW berjalan kaki, dan terlihatlah bagaimana
Sayyidul Khalq (Tuannya para makhluk) yang melebihi keagungan serta kewibawaan
para raja dan di akhirat kedudukannya lebih mulya lagi disisi Tuhannya.
Rasulullah Saw disibukkan untuk mengatur dunia dan syariat bagi
dirinya dan umatnya. Ketika beliau berjalan kaki dengan pasukannya, beliau
menemukan anjing betina sedang menggonggong kepada anak-anaknya-sambil kencing
kepada mereka- karena ketakutan, ketakutan anjing betina tadi karena kewibawaan
para pasukan muslim yang melakukan perjalanan menuju Fathu Makkah. Maka Nabi
memanggil Juail bin Suraqah dan memerintahkannya untuk berhenti, sedang beliau
menjaga serta melindungi anjing betina dan anak-anaknya tadi dari
pasukan-pasukan yang lain, beliaupun berdiri didekat Anjing betina sehingga
para pasukan berlalu.
Dalam sebuah kajian Syeikh Ali Jumu’ah pernah bertanya kepada jama’ah
:
”Apakah kalian merenungkan apa yang Nabi ajarkan untuk kita? Hewan
lemah yang menurut mayoritas ahli fiqih najis namun Nabi berinteraksi dengannya
sebagai makhluk yang diciptakan Allah, sabdanya, "Pada setiap makhluk yang
masih memiliki kehidupan terdapat pahalanya". Rasulullah adalah Tuan para
makhluk, Tuannya dua dunia bersedia berdiri dan menyibukkan perhatiannya
terhadap anjing betina yang sedang ketakutan kalau terjadi apa-apa terhadap
anak-anaknya, sebagai kasih sayang kepada anjing betina dan pengajaran bagi
kita semua.”
Kesimpulan
Akhlak terpuji mengajak kepada fitrah salimah (asal keselamatan). Orang-orang
yang menggunakan akal sehat sepakat bahwa jujur, menepati janji, dermawan,
sabar, berani, dan bersyukur adalah sifat yang baik dan akhlak yang agung. Siapapun
yang memiliki sifat tersebut layak dipuji dan dimuliakan. Sebaliknya, sifat
dusta, khianat, penakut dan kikiradalah sifat buruk. Dan yang memilikinya patut
dicela.
Seorang Muslim yang berakhlak terpuji adalah orang yang
mengumpulkan sifat-sifat luhur dan jauh dari sifat-sifat buruk. Rasulullah telah
mengarahkan kita kepada akhlak yang baik dalam sabda Beliau kepada sahabatnya
Uqbah bib ‘Amir, “Wahai ‘Uqbah, apakah aku belum pernah memberi tahu tentang
akhlak paling utama bagi penduduk dunia dan akhirat? Yakni menyambung hubungan
dengan orang yang memutus kamu, memaafkan orang yang menzalimi kamu dan memberi
orang yang tidak memberi kepada mu”. (H.R Ahmad, Hakim, At-Thabrani, al
Baihaqi).
Sedang tanda-tanda akhlak baik telah terkumpul dalam bersikap yaitu
malu, baik, jujur, sedikit bicara, banyak beramal, meninggalkan perkara yang
tidak ada unanya, berbakti kepada orangtua, menyambung silaturrahim, sabar,
syukur, bijaksana, dan menghindari hal yang tidak baik. Sumber akhlak yang
terpuji adalah kehusyu’an dan cita-cita yang tinggi (Allah SWT).