TARBIYAH ONLINE: ibadah

Fiqh

Tampilkan postingan dengan label ibadah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibadah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 November 2020

Cara Mengangkat Tangan Saat Berdoa yang Sesuai Sunnah

November 01, 2020

Doa | Mengangkat tangan adalah salah satu etika berdoa yang harus diperhatikan seorang muslim. Berdoa adalah salah satu kewajiban orang yang beriman. Memanjatkan doa juga merupakan sebuah sarana mendekatkan diri kepada Allah. Dan doa itu juga merupakan sebuah perantara seorang hamba dalam mengajukan berbagai macam permintaan, baik itu hajat, mohon ampun dan lain sebagainya.


Allah sendiri memerintahkan hambanya untuk senantiasa memanjatkan doa kepadanya. Dan Allah pasti akan mengijabahi semua doa yang dipanjatkan. Dan orang-orang yang tidak mau berdoa termasuk ciri-ciri orang yang sombong, dan neraka adalah tempat bagi orang yang sombong tersebut. Hal ini sebagaimana keterangan dalam Al-Quran


وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Dan Tuhan kalian berfirman, ‘Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian.’ Sesungguhnya, orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, akan masuk neraka dalam keadaan hina”. [QS. Ghafir: 60]


Mengangkat Tangan Merupakan Etika Berdoa

Salah satu etika seorang hamba saat memanjatkan doa adalah mengangkat tangan. Karena menggangkat tangan saat berdoa menjadi perantara terijabahnya sebuah doa. Bahkan Allah sendiri merasa malu ketika hambanya menggangkat tangan untuk berdoa namun tidak mengkabulkannya. Dalam Hadis Nabi Muhammad disebutkan

إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Ia malu jika seorang lelaki mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu Ia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa”. [HR. Abu Daud]


Dari hadis ini, kita mengetahui bahwa menggangkat tangan saat berdoa bisa menjadikan terkabulnya sebuah doa. Namun demikian perlu memahami etika dan cara mengangkat tangan saat berdoa yang baik dan benar sesuai petunjuk Nabi Muhammad. Sahabat Ibnu Abbas menceritakan tentang tiga cara menggangkat tangan saat berdoa


وقال ابن عباس رضي الله عنهما : ( المسألة : أن ترفع يديك حذو منكبيك ، والاستغفار : أن تشير بإصبع واحدة ، والابتهال : أن تمد يديك جميعا هكذا ) ورفع يديه وجعلهما مما يلي وجهه .

Artinya: “Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Etika bedoa adalah dengan mengangkat tangan sejajar dengan pundakmu. Jika istighfar, atau memohon ampun maka angkat atau acungkanlah satu jari telunjukmu. Jika ibtihal, doa dengan tadhorru’ atau doa untuk sesuatu yang genting maka angkatlah tanganmu seperti ini”. Beliau memeragakan doa dengan menjunjung kedua tangan beliau sejajar dengan wajah”.


Berangkat dari hadis ini maka pahamilah tiga cara mengangkatkan tangan saat berdoa yaitu:

Pertama, ketika kita berdoa untuk meminta sesuatu maka junjunglah kedua tangan sejajar dengan pundak.


Kedua, Apabila kita berdoa untuk beristihfar atau meminta ampunan maka angkatlah tangan serang mengacungkan satu jari telunjuknya


Ketiga, ketika berdoa dalam situasi yang genting maka angkatlah kedua tangannya sejajar dengan wajah.


Demikialah tiga cara mengangkat tangan saar berdoa. Semoga dengan mengetahui ini, Allah SWT akan senantiasa mengabulkan doa-doa kita, Amin.


Khalwani Ahmad, Pemerhati Sejarah Peradaban Islam Nusantara.

Artikel ini telah tayang di Harakatuna.com pada Oktober lalu.

Read More

Minggu, 04 Agustus 2019

Bahaya Talfiq (Mencampur) Mazhab, Mengubah Obat Jadi Racun

Agustus 04, 2019

Tarbiyah.online – Sepaket ibadah adalah obat untuk penyakit. Maka, obat yang baik mesti diracik dengan komposisi bahan dan takaran yang tepat. Meskipun setiap bahan-bahan dasar itu dari bahan alami, yang pada dasarnya tidak berbahaya, bahkan ia bermanfaat kepada tubuh manusia. Namun, ketika racikan bahan tidak tepat, ia akan menjadi racun bagi tubuh, memperparah penyakit bahkan bisa membunuh.

Dalil-dalil yang tersedia bak bahan dasar alami yang menjadi obat bagi segala penyakit (ibadah). Sayangnya, bahan dasarnya tidak hanya satu (dalil tentang satu ibadah tidak hanya terdiri dari satu ayat atau satu hadits saja). Untuk satu obat, tersedia berbagai macam bahan dasar yang perlu diketahui kandungan dan manfaat serta efek samping bagi tubuh. Maka selain mengetahui komposisi, manfaat dan efek samping dari bahan tersebut, butuh juga mengenal dengan sempurna anatomi dan kondisi tubuh, guna racikan obat nanti bisa tepat dan tidak overdosis.

Resep obat merupakan gambaran mazhab. Maka ada empat jenis resep berbeda yang tersedia untuk sebuah penyakit. Resep-resep ini diracik oleh 4 orang ahli yang telah terpercaya di masanya dengan tingkat kecerdasan melampaui 1.000 tahun, serta diwariskan ke generasi selanjutnya dengan lengkap dan hampir bisa dibilang sempurna (karena kesempurnaan hakiki hanya milik Tuhan saja). Meskipun di generasi selanjutnya ke empat resep ini ada sedikit pengubahan, pengubahan itu bukan pada dasar-dasar peracikan dan komposisinya, melainkan hanya sebab perubahan zaman dan lingkungan yang sedikit membedakan kondisi penyakitnya. Tapi tetap saja mereka berpijak pada salah satu dari 4 resep utama (permasaah kontemporer misalnya).

Kita yang mengidap penyakit dan butuh kepada obat, namun tidak mampu meraciknya, karena tidak mengetahui dengan jelas komposisi bahan dan takarannya, cukup mencari obat yang telah diracik oleh ahli di toko obat atau pasar serta mantri/ dokter yang menyediakan dan memiliki obat yang telah diracik melaui salah satu resep yang telah terkenal khasiat penyembuhannya. Itulah kitab dan juga ulama serta da'i yang bertugas menyediakan dan "menjual"nya.

Sangat tidak bijak, menjadikan resep ke 5 dari percampuran 4 resep yang ada, jika memang tidak memiliki penguasaan materi bahan dasar (Quran dan Sunnah) secara keseluruhan hingga seluk beluknya dan tak pula tahu kadar manfaat dan efek sampingnya. Itulah 'illat yang terdapat pada dalil (Quran dan sunnah yang merupakan dasar pijakan mazhab) yang cukup kompleks ilmu pembahasannya. Besar kemungkinan, ia malah menjadi racun mematikan, bukan obat yang menyembuhkan.

Tentu jika kita melakukan percampuran tanpa ilmu, ke empat ahli yang telah menyusun resep itu akan berlepas diri dan tak mau bertanggungjawab bahkan bisa jadi menertawakan kita, meskipun kita mengaku mengambil bahan dasar sebagaimana mereka. Tapi racikan kita telah salah, persentase komposisi bahan dan takaran berantakan. Mereka akan berlepas diri.

Begitulah analogi kasar Mazhab dan fenomena percampuran Mazhab. Kasar, karena hanya melihat fenomena dengan kapasitas penglihatan yang terbatas serta kemampuan analisa yang jauh dari kondisi baik sempurna.

Wallahu a'lam.

Oleh Azis Azwardi, S.Pd.I sekeping hasil diskusi di warung kopi, pada tanggal 1 Agustus 2017.
Read More

Kamis, 31 Mei 2018

DAHSYATNYA PERGI KE MASJID 3 AMALAN YANG DIPERBINCANGKAN PARA MALAIKAT

Mei 31, 2018
Tarbiyah.Online -  Masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin. Tempat yang menjadi pusat segala kegiatan kaum muslim dalam berubudiyah kepada Allah SWT.

 Al-Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ahuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَانِي اللَّيْلَةَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي أَحْسَنِ صُوْرَةٍ قَالَ: أَحْسَبُهُ، قَالَ: فِي الْمَنَامِ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ هَلْ تَدْرِي فِيْمَ يَخْتَصِمُ الْمَلأُ اْلأَعْلَى؟ قَالَ: قُلْتُ: لاَ، قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا بَيْنَ ثَدْيَيَّ، أَوْ قَالَ: فِي نَحْرِي، فَعَلِمْتُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ، قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَدْرِي فِيْمَ يَخْتَصِمُ الْمَلأُ اْلأَعْلَى، قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ فِي الْكَفاَّرَاتِ وَالْكَفَّارَاتُ الْمَكْثُ فِي الْمَسَاجِدِ بَعْدَ الصَّلَوَاتِ وَالْمَشْيُ عَلَى اْلأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ وَإِسْبَاغُ الْوُضُوْءِ فِي الْمَكَارِهِ وَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ عَاشَ بِخَيْرٍ وَمَاتَ بِخَيْرٍ وَكَانَ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
"Malam tadi Rabb-ku datang kepadaku dalam bentuk yang paling indah, aku menyangkan bahwa itu terjadi di dalam mimpi. Kemudian Dia berfirman kepadaku, ‘Wahai Muhammad, apakah engkau tahu apa yang menjadi bahan pembicaraan para Malaikat ?’
Aku menjawab, ‘Aku tidak tahu.’
Lalu Allah meletakkan tangan-Nya di antara kedua pundakku, sehingga aku merasakan dingin di dada atau di dekat tenggorokan, maka aku tahu apa yang ada di langit dan bumi.
Allah berfirman, ‘Wahai Muhammad, tahukah engkau apa yang menjadi bahan pembicaraan para Malaikat?’
Aku menjawab, ‘Ya, aku tahu. Mereka membicarakan al-kafarat.’
Al-kafarat itu adalah: berdiam di masjid setelah shalat, melangkahkan kaki menuju shalat berjama’ah, dan menyempurnakan wudhu’ dalam keadaan yang sangat dingin.
Barangsiapa yang melakukannya, maka ia akan hidup dengan baik dan wafat dengan baik pula, ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari di mana ia dilahirkan dari (rahim) ibunya.” (HR at-Tirmidzi )

Subhanallah. Orang yang selalu pergi ke masjid dijamin hidupnya dalam keadaan baik, wafatnya pun dalam keadaan baik.

Siapakah yang tidak ingin wafat dalam keadaan baik ??
Imam Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud)
Dijamin oleh Allah ? Luar biasa.  Lebih dari jaminan hari tua atau jaminan asuransi kesehatan atau jaminan jaminan dunia lainnya. karena itu tak menjamin surga.. harapan seorang mukmin adalah mendapat jaminan dari Allah pencipta alam semesta.
Read More