Abu al-Hasan al-Syadzily. "Dia pelopor di antara tarekat paling populer di dunia, termasuk di Indonesia, sehingga nama tarekat tersebut dinisbahkan kepadanya, yaitu Tarekat Syadziliyah. Tarekat ini dikenal kekhasannya yang sangat mendorong pengikutnya bekerja dan berusaha, sehingga tarekat ini banyak diikuti oleh kalangan pengusaha, pejabat, dan pegawai." Demiikian deskripsi awal sebuah buku yang menceritakan tentangnya. Untu lebh mengenal tentang soso agungnya bisa lihat disini.
Banyak sekali kisah-kisah dan mutiara ilmu serta nasihat yang didengungkan oleh sang Wali ini, yang bersumberkan Al Quran dan Sunnah. Sebagai guru dan Imam Tasawuf yang sangat terkenal, tidak diragukan lagi kealiman dan kepakaran beliau tentang syari'at dan kemuliaan beliau dalam sikap maupun sifat.
Di Indonesia sendiri, tulisan tentang beliau sudah dituliskan dalam bentuk buku yang sangat banyak. Diantaranya adalah tulisan Dr. Makmun Gharib yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Buku terbitan zaman. Dan juga yang dituliskan oleh Syeikh Dr. Halim Mahmud yang merupakan guru besar Universitas Al Azhar yang juga telah diterjemahkan oleh Qaf.
Ada juga Risalatul Amin, karyanya yang telah diterjemahkan.
Disini, kita cukup melihat beberapa butiran ilmu, hikmah dan nasihatnya kepada murid-muridnya secara langsung maupun kita pembaca karyanya.
Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Pengembaraan kami terdiri diatas lima:
- Taqwa kepada Allah lahir dan batin dalam kesendirian dan di depan publik.
- Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam semua kata dan perbuatan.
- Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan ataupun dalam kebencian mereka. [tidak menghiraukan apakah mereka suka atau benci].
- Rela [ridha] menurut hukum [takdir] Allah, baik yang ringan maupun yang berat.
- Kembali kepada Allah dalam suka dan duka.
Mengembalikan segala-galanya hanya kepada Allah dalam suka dan duka dengan bersyukur dalam suka dan berlindung kepada-Nya dalam duka. Dan semua ini pada intinya ada 5 hal:
- Semangat yang tinggi.
- Berhati-hati pada yang haram dan menjaga kehormatan.
- Taat dan memahami diri sebagai seorang hamba.
- Melaksanakan kewajiban.
- Menghargai nikmat.
Abul Hasan asy-Syadzily radhiallahu 'anhu berkata: Aku dipesan oleh guruku [Abdul Salam bin Masyisy radhiallahu 'anhu] : "Janganlah kamu melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mencapai keridhaan Allah, dan jangan duduk di majlis kecuali yang aman dari murka Allah. Dan jangan bersahabat kecuali kepada orang yang dapat membantu berbuat taat kepada Allah. Dan jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah, yang demikian ini sudah jarang untuk didapat.